CRIME STORY

Botol Susu 
di Pusara Laela

Bukan cuma polisi, belasan paranormal dikerahkan untuk mencari anak balita Laela Nurhidayah di Bogor.

Ilustrasi: Edi Wahyono

Selasa, 24 Mei 2016

Pengajian digelar bersama para tetangga. Doa juga didaraskan, bahkan belasan paranormal didatangi. Pasangan Ahmad Samiran dan Nuryanah menempuh semua itu demi bisa secepatnya bersua kembali dengan Laela Nurhidayah. Buah hatinya yang baru berusia 30 bulan itu tiba-tiba raib pada Minggu pagi, 8 Mei 2016. Ketika itu, Laela tengah bermain di rumah neneknya, Rukiyah, di Desa Girimukti, Cibungbulang, Kabupaten Bogor.

Melihat sang cucu asyik bermain dengan beberapa bocah sebayanya, Rukiyah beranjak dari halaman ke dalam rumah. Sebetulnya cuma sekejap dan tak penting benar apa yang dilakukannya di dalam rumah. Tapi kelengahan itu kemudian berujung pada kepanikan luar biasa bagi dirinya, anak, menantu, bahkan segenap warga desa. Air mata tercurah. Sedu sedan pun pecah.

Yanah terus berbicara tak jelas dan minta susu dalam botol. Makanya kita simpen tuh botol susu yang biasa dipakai Laela di makam."

Panggilan bernada bujuk-rayu hingga bernada cemas dan frustrasi entah berapa puluh, berapa ratus, bahkan berapa ribu kali dilantangkan. Toh, Laela tetap tak menyahut.

Beberapa polisi yang turut berpatroli selang beberapa jam bocah mungil itu dinyatakan menghilang juga tak membuahkan hasil. Samiran dan keluarganya yakin Laela lenyap karena dibawa makhluk halus.

“Dari 16 orang pinter, paranormal, yang saya dan keluarga mintai bantuan, cuma seorang yang bilang anak saya sudah menjauh dari kampung. Lainnya bilang Laela ada di sekitar rumah si Budi,” tutur Samiran saat ditemui detikX di rumahnya, Kampung Pabuaran Tonggoh, RT 03 RW 05, Desa Girimukti, Cibungbulang, Jumat, 13 Mei.

Selama berbincang, lelaki yang masih punya dua istri lainnya itu berkali-kali mengusap air mata dengan punggung telapak tangannya. Nada suaranya kadang lirih, sesekali meninggi.

Budi yang dimaksud tak lain adalah Budiansyah. Lelaki pengangguran berusia 26 tahun itu tinggal terpaut sekitar 100 meter dari kediaman Rukiyah. Polisi mencokoknya pada Selasa, 10 Mei, sehari setelah Laela ditemukan kaku terbungkus kain di halaman belakang rumahnya. Wajah bocah itu membiru dan mulai membengkak. “Ustad Junaedi yang menemukan Laela pas magrib,” ujar Samiran.

Polisi segera membawa jasad bocah itu ke Rumah Sakit Ciawi, Bogor, untuk dilakukan autopsi. Hasilnya disimpulkan Laela meninggal karena kehabisan napas. Sementara itu, di bagian organ vitalnya terdapat luka akibat benda tumpul. Kepada polisi, Budiansyah mengaku membekap mulut bocah itu saat melampiaskan hajat bejatnya.

Ibu dan neneknya sangat trauma. Ibu yang sudah tidak bisa menangis lagi menandakan traumanya luar biasa."

Kenyataan itu membuat Nuryanah shock berat. Ia tak bisa menerima kepergian anak pertamanya yang dikenal periang itu. Air mata Nuryanah nyaris tak berhenti mengalir bahkan hingga jenazah Laela selesai dimakamkan.

Sesaat sebelum jasad putrinya itu dimasukkan ke liang lahat, Nuryanah meracau seperti orang kerasukan. “Yanah terus berbicara tak jelas dan minta susu dalam botol. Makanya kita simpen tuh botol susu yang biasa dipakai Laela di makam," kata Samiran.

Kasus yang menimpa Laela menambah panjang daftar kasus kekerasan seksual terhadap anak. Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait mencatat ada 312 kasus kekerasan terhadap anak sejak 2015 sampai April 2016. “Itu baru yang terpantau kami, belum lagi yang terpantau pihak lain. Saya yakin lebih banyak lagi,” ujarnya.

Ia mengusulkan perlunya dibuat program pemberdayaan desa yang melibatkan desa, RT, RW, dan kepolisian untuk mengantisipasi agar tidak terulang lagi kejahatan keji seperti yang dialami Laela dan jutaan anak lainnya di berbagai pelosok daerah. “Pelaku harus dikenai pasal berlapis. Ini sangat biadab, hukumannya harus maksimal,” ia menegaskan.

Kasus Laela juga menarik perhatian Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa. Saat mengunjungi keluarga pasangan Samiran-Nuryanah pada Kamis, 12 Mei, sang menteri pun terlihat trenyuh. Kedua matanya berkaca-kaca dan air mata akhirnya menetes ketika Samiran memutarkan rekaman video ulang tahun Laela pada 4 Maret lalu. Di video itu tergambar betapa lincah dan cerewetnya Laela. Bisa dipahami bila sang bunda sangat terpukul atas kepergian Laela dengan cara yang tragis. Tak sekadar menunjukkan belasungkawa, Khofifah pun sempat melakukan tabur bunga, tahlil, dan berdoa di pusara Laela.

"Saya tidak bisa bicara apa-apa," ujarnya lirih sesaat setelah berpamitan kepada pasangan Samiran-Nuryanah. Sebagai seorang ibu, Khofifah tentu turut merasakan kesedihan mendalam yang dialami pasangan itu. Hal paling menyesakkan dada adalah penyebab kematian Laela yang begitu memilukan bagi orang tua mana pun.

"Ibu dan neneknya sangat trauma. Ibu yang sudah tidak bisa menangis lagi menandakan traumanya luar biasa," ujar Khofifah kemudian.


Reporter: Farhan (Bogor)
Penulis: M. Rizal
Editor: Sudrajat
Desainer: Luthfy Syahban

Rubrik Crime Story mengulas kasus-kasus kriminal yang menghebohkan, dikemas dalam bahasa bercerita atau bertutur, dilengkapi dengan gambar ilustrasi yang menarik.