INTERMESO

Batman Vs Superman

Dua Perempuan di Antara Wonder Woman

William Moulton Marston, pencipta Wonder Woman, tinggal bersama dua perempuan: satu istri dan seorang “selir”.

image 1
image for mobile / touch device

FOTO : MoviePilot

Foto: MoviePilot

Senin, 28 Maret 2016

Pada masa Yunani kuno, konon, ada satu bangsa di mana perempuan jadi tuan. “Kita bangsa Amazon berabad-abad lalu, jadi bangsa yang terkenal di dunia.... Bangsa di mana perempuan jadi penguasa dan semuanya baik-baik saja,” kata Hippolyte, pemimpin bangsa Amazonia, memperkenalkan diri.

Lalu tibalah masa kegelapan. Laki-laki datang menyerbu dan menjadikan para perempuan Amazon sebagai budak. Para perempuan Amazon lari dari negerinya dan mengungsi ke sebuah pulau selama ribuan tahun, hingga suatu hari pesawat Amerika Serikat dengan pilot Kapten Steve Trevor jatuh di pulau itu.

Maka dikirimlah Putri Diana, Sang Wonder Woman dan putri Hippolyte, mengantarkan Kapten Steve pulang ke negerinya. Sebagai ahli waris Hippolyte, Diana memiliki kemampuan super ala Amazon. Dia punya gelang yang bisa menghentikan peluru. Wonder Woman bisa melesat secepat kilat, juga punya laso, yang membuat orang tak bisa bohong.

Robert Kanigher, penulis Wonder Woman pada akhir 1950-an, menggambarkan Diana “memiliki kecantikan Aphrodite, kebijaksanaan Athena, kekuatan sedahsyat Hercules, dan tangkas seperti Hermes”.


Foto: Wikimedia

Wonder Woman alias Putri Diana alias Diana Prince “lahir” tiga tahun setelah Superman. Karakter superhero Wonder Woman pertama muncul di All Star Comics edisi Desember 1941. Wonder Woman, menurut William Moulton Marston, penciptanya, adalah perlawanan terhadap karakter komik yang sangat maskulin. “Mereka terlalu penuh kekerasan.... Wonder Woman adalah propaganda psikologis bagi tipe baru perempuan yang seharusnya, aku percaya, mengatur dunia,” kata Marston seperti dikutip New York Sun.

Sebenarnya Marston bukan orang yang tumbuh besar di industri komik. Dia lulus doktor psikologi dari Universitas Harvard dan sempat menjadi dosen di beberapa kampus. Max Gaines, pendiri All-American Comics—belakangan menjadi DC Comics—adalah orang yang membujuk Marston menciptakan karakter superhero perempuan.

Marston tak ingin superhero yang dia buat seperti perempuan pada masa itu. Kala itu, bahkan di Amerika, perempuan masih menjadi warga kelas dua, “di bawah” laki-laki. “Bahkan seorang perempuan pun tak ingin menjadi perempuan jika dia tak punya kekuatan dan kekuasaan. Mereka tak ingin menjadi gadis yang lembut dan penurut,” Marston menulis di American Scholar.

William Moulton Marston dan keluarganya
Foto: HistoryBlog

Pada Wonder Woman, Marston menyampaikan sikapnya soal feminisme. Tapi, di balik sosok Wonder Woman yang cantik dan perkasa, Marston menyembunyikan kisah hidupnya yang tak biasa. Hidup yang bagi sebagian orang bertolak belakang dengan gembar-gembor “propaganda” Wonder Woman.

Wartawan New Yorker, Jill Lepore, mengupas habis rahasia hidup Marston dalam bukunya, The Secret History of Wonder Woman. Pada 1925, Marston, kala itu 32 tahun dan dosen di Universitas Tufts, bertemu dengan Olivia Byrne, 22 tahun, mahasiswi senior di kelasnya. Marston sudah menikah dengan Elizabeth Holloway. Tapi cincin pernikahan tak jadi penghalang bagi Marston untuk mencintai mahasiswinya.

Cinta Marston tak bertepuk sebelah tangan. Kepada sang istri, Elizabeth, Marston hanya memberi dua pilihan: mengizinkan Olivia tinggal bersama mereka atau bercerai. “Hati Elizabeth hancur.... Dia berjalan keluar dari rumah dan terus berjalan kaki selama enam jam,” kata Jill Lepore kepada Atlantic.


Bagi orang lain, Elizabeth-lah istri Marston satu-satunya. Olivia diperkenalkan sebagai janda saudara Elizabeth. Lain pula cerita dalam keluarga itu. Dari Elizabeth dan Olivia, Marston mendapatkan empat orang anak. Saat Marston dan Elizabeth bekerja, Olivia bertugas mengurus anak-anak.

Keluarga “poligami” Marston bertahan sampai ketiganya mati. Saat Marston meninggal pada 1947, mereka bertiga dan keempat anaknya tinggal dalam satu atap. Olivia dan Elizabeth terus tinggal dalam satu rumah hingga berpulang puluhan tahun kemudian. “Sungguh aneh.... Mungkin mereka pikir cara hidup mereka itu lucu,” kata Jill. Anak-anak Olivia baru tahu bahwa Marston ayah mereka belasan tahun setelah sang bapak meninggal.


Penulis/Editor: Sapto Pradityo
Desainer: Fuad Hasim

Rubrik Intermeso mengupas sosok atau peristiwa bersejarah yang terkait dengan kekinian.