INTERMESO

KISAH KORBAN PAEDOFIL

Burung-burung Kecil dan Para Jahanam

"Secara fisik, aku tak ada masalah, tapi secara kejiwaan, aku hancur."

Ilustrasi: TNP

Kamis, 5 Mei 2016

Hari pertama pada tahun 2002 itu mestinya jadi hari yang indah bagi Alicia Kozakiewicz, kini 27 tahun. Di rumahnya di Pittsburgh, Pennsylvania, Amerika Serikat, tahun baru dan Natal adalah perayaan besar. Hari itu, ayah, ibu, kakak laki-lakinya, dan nenek Alicia, semua berkumpul di depan meja makan.

"Kami makan besar. Ibuku masak babi dengan sauerkraut," Alicia menuturkan kejadian 14 tahun silam kepada BBC beberapa pekan lalu. Di tengah-tengah bersantap malam, Alicia minta izin masuk kamar. Kepada ibunya, dia mengaku sakit perut. Dia berbohong.

Diam-diam, Alicia, kala itu baru 13 tahun, menyelinap keluar dari rumah dan menjumpai seseorang. Laki-laki itu sudah beberapa pekan dia kenal lewat Internet. Jalan di depan rumahnya masih dipenuhi salju. Tak ada orang lewat. Sepi dan gelap. "Itu bukan sifatku sama sekali.... Aku takut kegelapan dan benci dingin. Aku tak pernah keluar dari rumah tanpa ditemani orang dewasa," kata Alicia.

Dia mengikatkan kalung anjing di leher Alicia dan menyeretnya ke atas kasur di kamarnya. Selama empat hari, gadis kecil itu disekap, dipukuli, dan berulang kali diperkosa."

Tapi malam itu, entah dari mana ia mendapatkan nyali, Alicia jadi anak pemberani. "Padahal perasaanku mengatakan tindakan itu berbahaya," dia menuturkan. Alicia sudah berniat balik kanan dan pulang ke rumah saat seorang laki-laki memanggil namanya. Yang Alicia ingat kemudian, dia sudah berada dalam mobil bersama laki-laki itu.

Mereka melintas di depan rumah Alicia. "Aku sempat mengira dia hanya akan berputar beberapa blok," kata Alicia. Tapi mobil itu terus melaju menjauhi rumahnya. Nama jalan yang mereka lewati makin asing bagi gadis kecil itu. Alicia mulai ketakutan, tapi laki-laki itu tak mengizinkannya pulang. Mobil itu masuk jalan tol dan makin jauh meninggalkan Kota Pittsburgh.

Tiba di Virginia, sekitar lima jam dari Pittsburgh, laki-laki itu menghentikan mobilnya dan menyeret Alicia masuk ke rumahnya. Gadis kecil itu diseret dan dimasukkan ke ruang bawah tanah. Dan mulailah kisah jahanam itu.

Carrie Bailee korban pedofil
Foto : Mercury

Laki-laki itu menelanjangi Alicia dan mengamatinya. "Tak apa-apa, menangislah," kata Scott Tyree, laki-laki itu dingin. Dia mengikatkan kalung anjing di leher Alicia dan menyeretnya ke atas kasur di kamarnya. Selama empat hari, gadis kecil itu disekap, dipukuli, dan berulang kali diperkosa.

Hari keempat, Scott, saat itu sudah 38 tahun, berhenti dan berkata kepada Alicia, "Aku mulai sangat menyukaimu. Malam ini kita akan jalan-jalan." Alicia makin ketakutan. Dia menyangka Scott berniat akan membunuhnya. Setelah memberi Alicia makan, pertama kali selama empat hari, Scott berangkat kerja.

Alicia hanya bisa meratap, menangis dan berdoa. Gadis kecil yang baru menjelang remaja itu sudah kehilangan harapan dan bersiap menghadapi kematian. Tiba-tiba terdengar suara gedoran keras di pintu dan teriakan beberapa orang. Alicia yang ketakutan merayap bersembunyi di bawah tempat tidur. "Clear... clear... clear," kata orang-orang itu. Suara langkah-langkah kaki berderap menuruni tangga.

Seorang laki-laki menyuruh Alicia keluar dari kolong tempat tidur. Tanpa busana, gadis kecil itu dengan ketakutan merayap keluar. Yang pertama dia lihat adalah pistol yang diacungkan laki-laki itu. "Inilah saat kematianku," Alicia membatin. Hingga dia melihat tulisan di punggung mereka: FBI, Biro Investigasi Federal Amerika Serikat. Merekalah "malaikat penyelamat" Alicia. FBI berhasil menemukan jejak Alicia dengan menelusuri sumber foto-foto yang dikirim Scott ke satu forum di Internet.

Alicia Kozakiewicz-korban pedofil.-- Foto : TheSun

Butuh bertahun-tahun bagi Alicia untuk lepas dari bayang-bayang hari-hari jahanam itu. "Secara fisik, aku tak ada masalah, tapi secara kejiwaan, aku hancur," kata Alicia, dikutip Mirror.

Butuh bertahun-tahun bagi Alicia untuk lepas dari bayang-bayang hari-hari jahanam itu. "Secara fisik, aku tak ada masalah, tapi secara kejiwaan, aku hancur," kata Alicia, dikutip Mirror.

* * *

Carrie Bailee adalah burung kecil yang sayap-sayapnya patah bahkan sebelum dia belajar terbang. Lewat bukunya, Flying on Broken Wings, Carrie, kini 40 tahun, menuliskan kisah hari-hari paling gelap dalam hidupnya.

Carrie lahir dan tumbuh remaja di sebuah pulau kecil di Kanada. Cerita kelam itu dimulai saat dia baru berumur 4 tahun. Pelakunya ayahnya sendiri. Saat itu dia hanya bersama sang ayah di rumah. Ibunya pergi ke rumah sakit untuk menjalani terapi kanker payudara.

Ayahnya marah besar setelah melihat Carrie, yang baru 4 tahun, telanjang di halaman. Dia menyeret Carrie ke dalam rumah dan menaruhnya di bak mandi. Dengan menggunakan sikat gigi, ayahnya menyikat bagian-bagian tubuh bocah kecil itu.

Yang aku rasakan kemudian hanya sakit di sekujur tubuh.... Aku tak bisa bergerak, berbaring di kasur di atas noda darahku sendiri."

Dari hari ke hari, perlakuan sang ayah makin mengerikan. Hingga empat tahun kemudian, saat hujan deras pada satu siang, ayahnya yang setengah teler alkohol mendobrak pintu kamar Carrie. Gadis kecil itu terang bukan lawan ayahnya. Dia tak mampu melawan saat sang ayah mengikat kedua tangannya ke tiang tempat tidur dengan karet mainan dan memperkosanya.

"Yang aku rasakan kemudian hanya sakit di sekujur tubuh.... Aku tak bisa bergerak, berbaring di kasur di atas noda darahku sendiri," Carrie menulis di bukunya, dikutip Sydney Morning Herald, dua tahun lalu. Dasar sudah dikuasai setan, kelakuan bejat sang ayah makin parah.

Ketika Carrie makin besar, ayahnya menjadikannya sumber pendapatan. Dia menawarkan gadis cilik itu kepada para laki-laki "pemangsa" anak-anak, para paedofil. Bahkan kadang di tengah malam sekalipun, anak itu dibangunkan dan dibawa ayahnya ke mobil para "pemangsa" itu.

Protes anti-pedofil di Gedung Parlemen Australia 2008.
Foto : Quinn Rooney/Getty Images

Ruang bawah tanah di rumahnya adalah saksi bisu kebejatan para laki-laki itu. Kadang para paedofil itu membawa anak kecil lain ke ruangan itu. Carrie masih sangat ingat jumlah anak tangga ke ruangan "jahanam" tersebut. Di sana mereka memperkosa Carrie dan anak-anak itu serta memotretnya dengan kamera Polaroid.

"Aku bakal terus ingat sepanjang hidupku," Carrie menulis. Para "pemangsa anak" itu akan menunggu foto-foto kering, kemudian dengan penuh gairah mengamati hasilnya. Bau foto Polaroid itu meninggalkan trauma bagi Carrie.

Tak terhitung banyaknya hal buruk yang dialami Carrie hingga dia berumur 14 tahun. "Dunia tak harus tahu semua hal buruk yang aku alami," kata Carrie. Tindakan ayahnya yang dengan sadis menempelkan besi membara di dada gadis itu membuat Carrie akhirnya punya keberanian bicara. Dia menceritakan apa yang dia alami kepada seorang psikolog. Polisi akhirnya turun tangan.

Kisah buruk Carrie jauh dari tamat. Lepas dari mulut singa, Carrie jatuh ke mulut buaya. Gadis yang kondisi mentalnya sangat rapuh itu jatuh ke tangan seorang muncikari. Selama dua tahun, Carrie yang baru 16 tahun dipaksa melacur. "Aku merasa aku sama sekali tak berharga, tak pantas disayangi," kata Carrie.

Ketika umurnya menginjak 21 tahun, dia memilih meninggalkan Kanada dan "lari" ke Australia. Tapi, sekali lagi, hal buruk itu terus membuntuti. Tak berapa lama setelah tiba di Negeri Kanguru, seorang laki-laki memperkosanya. Kendati sekali lagi mengalami hal buruk, Carrie menolak kembali ke Kanada. Dia minta suaka di Australia.

"Aku tahu, Kanada bukan negara yang tengah dilanda perang. Tapi aku sudah berperang sejak lahir," kata Carrie kepada tim panel yang mempertimbangkan permintaan suakanya. Atas pertimbangan khusus, Carrie mendapatkan suaka di Australia. Dengan bantuan para psikolog dan teman-teman barunya di Australia, Carrie berjuang lepas dari semua memori buruk. Sekarang dia menghabiskan hidupnya untuk menolong orang lain yang pernah mengalami seperti yang dia alami.


Penulis/Editor: Sapto Pradityo
Desainer: Luthfy Syahban

Rubrik Intermeso mengupas sosok atau peristiwa bersejarah yang terkait dengan kekinian.