image for mobile / touch device
image 1 for background / image background
image 2
image 3
image 4

INVESTIGASI

MEREKRUT ISIS
DARI BALIK JERUJI

Aman Abdurrahman merupakan ideolog dan mentor bagi
para milisi ISIS asal Indonesia. Dua tahun lagi ia bebas.
ISIS Indonesia diprediksi bertambah kuat.


Ilustrasi: Edi Wahyono

Kamis, 11 Februari 2016

Muhammad Jibriel Abdul Rahman tidak dapat menahan amarah ketika berulang kali salamnya tidak dibalas. Hampir saja kepal tinjunya mengenai lawan bicara. Untungnya, sipir dan sesama narapidana lain menahan tubuhnya.

Orang yang disapanya itu adalah sahabat dekat Jibriel selama mendekam di blok khusus teroris Lembaga Pemasyarakatan Cipinang, Jakarta Timur. Sahabatnya itu tak mengacuhkannya ketika diajak salat berjemaah.

Jibriel mendekam di penjara sejak ditangkap pada 23 September 2009. Ia dipidana setelah terbukti terlibat aksi pengeboman Hotel JW Marriott, Jakarta.  CEO situs berita Islam Arrahmah.com itu divonis 5 tahun penjara karena terbukti memalsukan paspor dan menyembunyikan informasi soal terorisme.

Sunakim alias Afif, salah satu pelaku bom Thamrin, Jakarta.
Foto: Istimewa/Reuters/Xinhua

Menurut Jibriel, perubahan sikap sahabatnya itu terjadi setelah dekat dengan Aman Abdurrahman, yang juga tinggal satu blok, sekitar 2012. “Tak usah saya sebutkan namanya. Yang jelas, saya sakit hati kepada sahabat saya itu,” ujar Jibriel kepada detikX.

Oman, nama populer Aman Abdurrahman, dua kali masuk penjara karena kasus terorisme. Pertama kasus Bom Cimanggis, Depok, Jawa Barat, pada 2004 dan divonis 7 tahun penjara. Kedua kasus pendanaan pelatihan militer di Bukit Jalin Jantho, Aceh Besar, Aceh, pada 2009.

Dia (Oman) besar. Dia bahkan yang paling keras, Aman Abdurrahman itu, dan menganjurkan pengikutnya berangkat ke Suriah serta Poso untuk membantu Santoso (Ketua Mujahidin Indonesia Timur)."

Nama Oman kembali disebut-sebut setelah meletus aksi terorisme di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, pada Kamis, 14 Januari 2016, yang diduga dilakukan kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) Indonesia. Salah satu pelakunya, Sunakim alias Afif, diketahui merupakan murid Oman ketika di LP Cipinang.

Kemudian Muhammad Bahrun Naim Anggih Tamtomo, yang diduga mengotaki aksi itu dari Suriah, juga terkait dengan Oman. Polisi menyebutkan Bahrun adalah anggota pengajian Aman. Sebelum bom meledak, disinyalir Bahrun sempat berkomunikasi dengan Oman, yang telah dipindahkan ke LP Kembang Kuning, Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, 2013.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Saud Usman Nasution mengungkapkan, Oman adalah orang pertama yang berbaiat kepada Abu Bakar al-Baghdadi ketika mendeklarasikan ISIS pada 29 Juni 2014, selain mantan pemimpin Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) Abu Bakar Ba’asyir. Oman juga menganjurkan para pengikutnya berangkat ke Suriah.

(Dari kiri) Abu Bakar al-Baghdadi, Abu Bakar Ba'asyir, dan Aman Abdurrahman
Foto: Istimewa

“Dia (Oman) besar. Dia bahkan yang paling keras, Aman Abdurrahman itu, dan menganjurkan pengikutnya berangkat ke Suriah serta Poso untuk membantu Santoso (Ketua Mujahidin Indonesia Timur),” ujar Saud kepada detikX.

Jibriel mengamini pernyataan Saud. Oman boleh dibilang merupakan ideolog sekaligus mentor bagi tiga pentolan ISIS asal Indonesia yang kini memanggul senjata di Suriah. Mereka adalah Bahrumsyah, Abu Jandal, serta Bahrun Naim.

Oman pulalah yang memiliki otoritas untuk menentukan siapa saja yang bisa bergabung menjadi milisi ISIS. “Referensinya dari Oman. Kalaupun orang sudah sampai Irak tapi Oman tidak memberikan rekomendasi, tidak akan bisa,” tuturnya.

Jibriel mengaku bertemu dengan Oman pada 2008, selepas menjalani hukuman atas kasus Bom Cimanggis. Pendiri gerakan Tauhid Wal Jihad itu beraktivitas sebagai salah satu pengisi pengajian di Masjid Al-Munawaroh, Pamulang, Tangerang Selatan.

Pengajian itu dikelola oleh bekas Wakil Amir Majelis Mujahidin Indonesia Abu Jibriel, yang tak lain ayah Jibriel Abdul Rahman sendiri. Menurut dia, Oman menganut paham takfiri yang sangat ekstrem. Siapa pun yang tak sepaham dengannya dalam hal agama dianggap kafir.

Bukan hanya itu. Pemerintah Indonesia dianggap sebagai penyembah berhala (thogut), sehingga seluruh aparatnya, mulai polisi, pegawai negeri sipil, hingga sipir, juga kafir. “Bernyanyi atau hormat bendera juga dianggap kafir,” katanya.

Namun, karena pengetahuan agamanya mumpuni (hafal Al-Quran dan tafsir), apalagi tercatat sebagai salah satu lulusan terbaik Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab, Jakarta, Oman mampu memikat banyak pengikut. Termasuk pada tahap ini Bahrumsyah dan Muhammad Fachry.

Bahrumsyah merupakan koordinator pengajian Oman. Pria yang pernah menjadi mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah, Jakarta, ini juga menerbitkan tulisan-tulisan Oman melalui percetakannya. Sedangkan Fachry menyebarkan pemikiran-pemikiran Oman lewat situsnya, Al-Mustaqbal.com.

Muhammad Jibriel Abdul Rahman 
Foto: Bahtiar Rifai/detikX

Keduanya lantas membentuk Forum Aktivis Syariat Islam (Faksi), yang isinya sebagian besar merupakan murid Oman. Di sinilah Abu Jandal, yang mempunyai nama asli Salim Mubarok at-Tamimi dari Malang, Jawa Timur, bergabung. Juga Siswanto dari Pondok Pesantren Al-Amin, Lamongan, serta aktivis JAT Iskandar Abu Qutaibah dari Bima, Nusa Tenggara Barat.

Laporan Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) berjudul “The Evolution of ISIS in Indonesia” menyebutkan, awalnya Faksi bersikap netral saat ISIS masih berbentuk organisasi dan berkonflik dengan Jabhat an-Nusra, organisasi di bawah Al-Qaeda. Namun, ketika ISIS menunjukkan tanda-tanda menjadi kekhalifahan Islam, mereka mulai memberikan dukungan.

Oman rajin menerjemahkan bahan-bahan pro-ISIS yang berbahasa Arab, lalu disebarkan oleh murid-muridnya melalui Internet. Dari LP Kembang Kuning, ia juga menyerukan agar digelar demo besar-besaran di Bundaran Hotel Indonesia untuk mendukung Daulah Islamiyah, yang sebentar lagi muncul.

“ISIS bisa tambah kuat kalau dia (Oman) keluar.”

Demo yang diikuti ratusan orang itu terjadi pada 16 Maret 2014 dengan Fachry dan Bahrumsyah sebagai motornya. Oman lantas memerintahkan para pengikutnya berangkat menuju medan “jihad”. Mereka berangkat secara bergelombang, bahkan sebelum ISIS “resmi” berdiri. Hingga saat ini, Saud menyebut, pasukan ISIS asal Indonesia berjumlah 207 orang.

IPAC juga mencatat, ketika negara Islam yang baru itu masih menjadi isu pada akhir 2013, Oman mulai mempengaruhi beberapa napi teroris lainnya di Kembang Kuning. Salah satu napi yang berhasil direkrut Oman adalah Iwan Dharmawan alias Rois, pelaku peledakan bom di Kedutaan Besar Australia, Jakarta, pada 2004.

Namun Oman juga mendapatkan penolakan dari napi lainnya di Kembang Kuning, semisal pemimpin Jamaah Islamiyah, Toni Togar, dan pelaku Bom Bali tahun 2005, Subur Sugianto. Rata-rata mereka menolak karena pandangan Oman yang terlalu ekstrem dan sikapnya terhadap orang yang berbeda pendapat.

Tanggapan berbeda didapatkan Oman ketika mencari dukungan di LP Pasir Putih, Nusakambangan, tempat Ba'asyir dipenjara karena kasus pelatihan militer di Aceh pada 2010. Oman berhasil mendapat dukungan dari beberapa napi, di antaranya Abdurrahim bin Thoyib alias Abu Husna, Qomarudin, dan Mustaqim alias Abu Yusuf.

Demo ISIS di Bundaran HI, Jakarta.
Foto: Ade Siregar/Pasangmata.detik.com

Namun mengajak Ba'asyir berbaiat kepada ISIS tidaklah mudah. Ba'asyir sejauh itu masih bersikap netral. Anaknya sendiri bergabung dengan musuh ISIS, Jabhat an-Nusra. Namun Oman tak patah semangat. Ia terus mengajak diskusi melalui telepon untuk meyakinkan Ba'asyir. Ia juga membujuk melalui Abu Husna.

Akhirnya Ba'asyir bersedia berbaiat kepada ISIS. Hal itu terlihat dari foto Ba’asyir dikelilingi oleh pendukung yang membawa bendera ISIS pada 17 November 2015. Foto itu diambil di ruang salat Lapas Pasir Putih, Nusakambangan.

Saud mengatakan, beberapa kali berkunjung ke sel Ba'asyir, ia mendapati pemimpin Pondok Pesantren Al-Mukmin, Solo, itu sudah melunak. Tapi sikap Ba’asyir kembali mengeras setelah didekati Oman. “Ba'asyir sudah agak melunak. Tapi, setelah ketemu Aman Abdurrahman, ia keras lagi,” katanya.

Ba'asyir bersama napi pendukung ISIS di LP Nusakambangan. Foto ini dianggap sebagai bukti baiat Ba'asyir kepada ISIS.  
Foto: Istimewa

Pengacara Ba'asyir, Mahendradatta, membantah kabar bahwa ustad sepuh itu berbaiat kepada ISIS. Mengenai foto Ba'asyir dan para napi dengan bendera ISIS, ia membenarkan. Namun, kehadiran Ba'asyir hanya sebagai bentuk dukungan kepada negara Islam.

Ba'asyir memang memiliki nama besar sehingga para pendukung ISIS berusaha untuk menarik Ba'asyir ke dalam kelompok mereka. Namun, sejauh ini Ba'asyir tidak dalam posisi mendukung ISIS, apalagi berbaiat.

ISIS berisi kalangan yang masih "hijau" dalam dunia "jihad". Bahkan seharusnya ISIS-lah yang berbaiat kepada Ba’asyir. “Abu Bakar Ba'asyir sepakat dengan prinsip penegakan syariat Islam, tapi tidak sepakat atau tidak sepaham dengan cara-cara dakwah melalui kekerasan,” dia menegaskan.

Pengamat intelijen dari Universitas Indonesia, Ridlwan Habib, mengingatkan, dua tahun lagi Oman keluar dari penjara Kembang Kuning. Bebasnya Oman akan berdampak pada makin kuatnya ISIS di Indonesia. “ISIS bisa tambah kuat kalau dia keluar,” tuturnya.


image for mobile / touch device
image 1 for background / image background
image 2
image 3
image 4

SKANDAL KORUPSI BAHRUMSYAH

Bahrumsyah, komandan pasukan ISIS asal Asia Tenggara
atau Katibah Nusantara, dilaporkan karena korupsi.
Sang pelapor malah ditahan.
ISIS di Indonesia lantas terpecah-pecah.

Bahrumsyah alias Abu Ibrahim al-Indunisy

Sumber: Hanya Usaha (google+)

Kamis, 11 Februari 2016

Sekelompok pasukan bermuka Melayu menenteng senjata laras panjang. Mereka berada dalam sebuah kamp di kawasan hutan Suriah. Panji Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) terlihat dikibarkan.

Teriakan takbir berulang kali terdengar. Dalam video yang didapatkan detikX itu, pasukan terlihat bersemangat meneriakkan yel-yel bernada dukungan kepada ISIS, yang diproklamasikan mantan pentolan Al-Qaeda, Abu Bakar al-Baghdadi.

Sang pengambil gambar, yang hanya terdengar suaranya, menyebut mereka tengah bersiap untuk berperang di Jabal Khilafah atau Gunung Abdul Aziz. Wilayah itu terletak di pinggiran Kota Hasakah, arah timur laut dari Suriah.

Tidak lupa, dengan nada santai, kadang diselingi canda, ia memperkenalkan beberapa anggota pasukan ISIS dari Indonesia. Mereka antara lain Abu Urwah, Abu Salman al-Indunisy, dan Abu Abdurahman al-Indunisy.

Pasukan Katibah Nusantara
Sumber: Hanya Usaha (google+)

Di lokasi yang sama, sebuah aktivitas kelompok ISIS dari Asia Tenggara juga dirilis melalui tayangan video bertanggal 22 Agustus 2015. Video itu menampilkan Bahrumsyah berorasi untuk memompa darah peperangan anggota ISIS.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Saud Usman Nasution, saat video tersebut diperlihatkan kepadanya, tidak butuh waktu lama untuk mencermati rekaman video berdurasi 2,23 menit itu. Ia sudah tahu keberadaan orang-orang dalam video tersebut.

Kelompok pasukan ISIS dari Asia Tenggara itu lazim disebut sebagai Katibah Nusantara. Mereka berasal dari Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Mereka membuat kelompok dan kamp tersendiri karena persamaan rumpun dan bahasa.

"Mereka menamakan diri Katibah Nusantara, artinya yang sepaham. Kayak satu bahasa, yang punya kultur sama. Melayu, Malaysia, Indonesia, Singapura. Karena dengan yang di sana (Suriah) enggak nyambung, enggak menyatu," ujar Saud.

Pembentukan unit ini dilakukan karena personel berbahasa Melayu kian banyak. Sebelumnya, hanya segelintir personel asal Asia Tenggara yang bergabung, salah satunya Ahmad Tarmimi asal Malaysia, yang tewas akibat bom bunuh diri.

Mengatur strategi
Sumber: Hanya Usaha (google+)

Anggota ISIS asal Indonesia yang menjadi pelopor Katibah Nusantara adalah Bahrumsyah alias Abu Ibrahim al-Indunisy dan Rosikien Nur. Jumlah personel pasukan diperkirakan 100 orang pada saat keduanya bergabung.

Bahrun Naim ingin mendirikan Katibah Nusantara di Indonesia, menjadi leader ISIS di Asia Tenggara."

Laporan terbaru Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) berjudul "Disunity among Indonesian ISIS Supporters and The Risk of More Violence" mencatat Bahrumsyah menjadi pemimpin kelompok ini. Ia memiliki akses langsung ke pemimpin pusat ISIS.

Namun kepemimpinan Bahrumsyah tidak berjalan mulus. Kelompok pasukan ini mengalami perpecahan internal. Seorang pentolan ISIS Indonesia dari Malang, Jawa Timur, Salim Mubarak at-Tamimi alias Abu Jandal al-Yemeni al-Indunisy, menuding Bahrumsyah melakukan korupsi uang operasional pasukan.

Salim Mubarak at-Tamimi alias Abu Jandal al-Yemeni al-Indunisy
Sumber: Youtube

Markas pusat memberi mereka biaya operasional untuk tiap pejuang sebesar 700 pound Suriah atau Rp 50 ribu tiap hari. Namun uang itu tidak disalurkan oleh Bahrumsyah.

Pada April 2015, Abu Jandal mengajak beberapa personel asal Surabaya, Lamongan, Malang, Solo, dan Bekasi ke Ash-Shaddadi, Suriah, untuk mengadukan perbuatan Bahrumsyah kepada Komite Syariah Provinsi. Ia mendesak agar Bahrumsyah diganti.

Aduan itu juga terkait dengan kesewenang-wenangan Bahrumsyah menuding pihak yang tidak sepaham sebagai kafir. Perangai Bahrumsyah itu diduga dipengaruhi oleh mertua dari istri keempatnya bernama Muhammad Agus Supriadi alias Abu Hamzah asal Depok, Jawa Barat.


Aktivitas pasukan Katibah Nusantara ISIS di kamp.
Sumber: Hanya Usaha (google+)


Abu Hamzah tercatat sebagai anggota Firqoh Abu Hamzah (FAH) sebelum bergabung dengan ISIS. Kelompok ini merupakan sempalan dari Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII).

Aturan FAH pun hanya tegas ketika diberlakukan terhadap orang-orang yang tidak sepaham, dianggap kafir. Anehnya, mereka tidak mewajibkan salat Jumat dan melarang beribadah haji ke Mekah, Arab Saudi, sebelum khilafah berdiri.

Namun, tidak dinyana, Komite Syariah menolak aduan Abu Jandal. Malah ia ditahan selama satu bulan karena dianggap memecah belah Katibah Nusantara.

Keputusan Komite Syariah ini menuai kekecewaan pasukan asal Indonesia dari kubu Abu Jandal. Mereka pun hengkang dari Katibah Nusantara dan membentuk kesatuan sendiri bernama Katibah Masyaariq, yang berpusat di Homs, kota di wilayah barat Suriah.

Perpecahan ini membuat Bahrumsyah mengadu kepada Aman Abdurrahman dan Abu Bakar Ba’asyir melalui surat. Sikap kedua ustad ini pun mengecewakannya. Keduanya mempermasalahkan pengaruh Abu Hamzah. Malah Ba’asyir mewanti-wanti Bahrumsyah akan adanya intel Indonesia yang menyusup ke Katibah Nusantara dengan kedok LDII.


Kepemimpinan Katibah pun tidak hanya pecah menjadi dua. Satu pendukung ISIS asal Indonesia, Bahrun Naim, juga memainkan keberpihakan sendiri dengan bersikap netral. Bahrun memutuskan pindah ke Raqqah, kemudian Manbij, tempat berkumpul pasukan ISIS asal Eropa.

Perpecahan itu menyebabkan penyaluran simpatisan ISIS ke Suriah terpecah menjadi tiga jalur: Bahrumsyah, Abu Jandal, serta Bahrun Naim, yang datang ke Suriah paling akhir. Selain itu, mereka bersaing untuk menunjukkan keunggulan masing-masing dengan cara melancarkan operasi di kampung halaman, Indonesia.

Berdasarkan perkiraan polisi dan BNPT, teror di Jalan Thamrin, Jakarta, pada Kamis, 14 Januari 2016, turut dikomandoi oleh Katibah Nusantara. Mereka menuding komando tersebut berasal dari Bahrun. "Bahrun Naim ingin mendirikan Katibah Nusantara di Indonesia, menjadi leader ISIS di Asia Tenggara," ujar Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian.

Berlatih menembak
Sumber: Hanya Usaha (google+)

Namun tudingan itu dibantah oleh Bahrun melalui rekaman yang tersebar melalui Internet. Ia mengaku tidak tahu-menahu atas serangan yang terjadi di dekat Mal Sarinah itu. Apalagi soal komunikasi pemberian perintah. "La wong saya jarang online, dikira komunikasi, komunikasi dari Hong Kong apa?" katanya.

Dia sangat pintar dan tekun. Tapi, soal keberangkatan ke Suriah, saya tidak tahu. Dia juga pintar menyimpan sesuatu."

IPAC juga menyebutkan, Bahrumsyah dan Bahrun Naim sudah mempunyai plot masing-masing di Indonesia, tapi tidak termasuk serangan di Jalan Thamrin. Bahrumsyah sudah mengorder Hendro Fernando untuk menyalurkan sejumlah uang ke Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Santoso.

Ia juga meminta Hendro mencari persenjataan untuk lima pendukung ISIS yang mendekam di LP Tangerang. Senjata itu dicuri dari gudang LP oleh seorang napi teroris, Toro alias Woro. Kelima tahanan itu “diambil” Densus 88 pasca-bom Thamrin. Hendro juga ditangkap di Bekasi.

Sementara itu, Bahrun pada Juli 2015 merekrut beberapa pemuda di Tim Misbah di Solo dan membentuk forum diskusi bernama Jaisyul Daulah Khilafah. Ia mengajari Ibad Durrahman dan Arif Hidayatullah membuat bom. Mereka berencana melakukan serangan pada 17 Agustus 2015, tapi keberadaan Ibad keburu terendus polisi dan ditangkap.

Domba untuk makan bersama di kamp Katibah Nusantara.
Sumber: Hanya Usaha (google+)

Arif kembali ditugasi Bahrun melakukan serangan dengan target Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama pada Oktober 2015. Sebulan berikutnya, target berubah menjadi Kepala Polri Badrodin Haiti dan Tito Karnavian. Serangan direncanakan pada Natal 2015 dan tahun baru 2016.

Serangan inilah yang mungkin oleh polisi disebut sebagai rencana "konser" Bahrun. Arif, yang bekerja sama dengan orang Uighur bernama Ali untuk plot itu, ditahan polisi pada Desember 2015.

Mantan terpidana kasus terorisme Muhammad Jibriel Abdul Rahman mengaku mengenal baik Bahrumsyah dan Bahrun Naim. Dua orang itu mempunyai kepribadian sangat berbeda. Bahrumsyah punya sikap sangat keras, sedangkan Bahrun berpenampilan kalem dan tekun mendalami soal Internet.

Kemampuan Bahrun itulah yang mungkin menjadi pertimbangan untuk menduduki posisi penting di ISIS. Apalagi Bahrun Naim tengah mendalami pembuatan bom cair. "Dia sangat pintar dan tekun. Tapi, soal keberangkatan ke Suriah, saya tidak tahu. Dia juga pintar menyimpan sesuatu," ujar Jibriel.


ASAL DUIT
MILIARAN RUPIAH
ISIS INDONESIA

ISIS asal Indonesia piawai mengumpulkan dana
lewat cyber fai, merampok lewat Internet.

Ilustrator: Suteja Angkasa

Kamis, 11 Februari 2016

Uang miliaran rupiah dari Suriah masuk Indonesia. Berdasarkan penelusuran Detasemen Khusus 88 Kepolisian RI (Densus 88 Antiteror), uang itu bermuara pada Bahrumsyah dan Bahrun Naim. Uang tersebut diduga digunakan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) Indonesia untuk aksi teror.

Muhammad Bahrun Naim Anggih Tamtomo telah ditetapkan polisi sebagai tersangka otak di balik teror bom di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta, Kamis, 14 Januari 2016.

Data Densus, Bahrun mengirim uang Rp 40-70 juta, tidak lama sebelum pengeboman terjadi. Pengiriman dilakukan secara bertahap.

Densus saat ini masih memeriksa ratusan rekening yang diduga milik jaringan teroris, termasuk rekening Bahrun Naim. Daftar rekening itu berasal dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).

"Kami masih menelusuri aliran-aliran uang lainnya," ujar sumber detikX di Densus 88.



Foto-foto peristiwa bom Thamrin.
Foto: Dok. detikX


Penelusuran terhadap si empunya rekening sangat penting untuk mengetahui aliran uang jaringan teroris pendukung ISIS yang ada di Indonesia.

Bahrun Naim tidak hanya dikaitkan dengan bom Jalan M.H. Thamrin. Berdasarkan temuan Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC), Bahrun diketahui pernah mentransfer dana untuk membuat bom mobil kepada kelompok pendukung ISIS di Solo, Jawa Tengah, di bawah pimpinan Ibad Durrahman dan Arif Hidayatullah.

Jadi Bahrun mendapatkan uang dari kelompok ISIS di Suriah, sementara uang yang dikirim kepada jaringannya di Indonesia merupakan hasil carding."

Serangan hendak dilakukan pada 17 Agustus 2015, tapi digagalkan polisi dan Ibad ditangkap. Bahrun kemudian mengirim uang lebih banyak lagi kepada Arif sekitar September 2015. Uang itu hendak dipakai untuk membeli bahan peledak serta melakukan pelatihan.

Target kelompok ini berubah-ubah, dari awalnya Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti, sampai Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian. Namun rencana serangan itu juga digagalkan polisi setelah Arif dibekuk.

Bukan hanya Bahrun, Bahrumsyah juga mentransfer uang sekitar Rp 1 miliar kepada Hendro Fernando alias Edo Aliando untuk mendukung “jihad” teroris di Indonesia. Bahrumsyah mengirimkan lagi dana Rp 10 juta dan Rp 12 juta kepada Hendro guna pembelian senjata di LP Tangerang.

Situs milik Bahrun Naim muncul kembali pada 24 Desember 2015 setelah diblokir. Situs itu memuat daftar akun PayPall dan kartu kredit dengan saldo US$ 0.
Foto: Ridlwan Habib

Sekitar Juni 2015, Bahrumsyah menggelontorkan dana untuk Mujahidin Indonesia Timur di Poso pimpinan Santoso. Ia juga mengalirkan dana dari Suriah ke Ansharul Khilafah Filipina (AKP). Uang itu dikirimkan ke rekening Said Alsree, istri Sucipto Ibrahim Ali, pemimpin AKP.

Bahrun Naim
Foto: Istimewa

Bahrumsyah mendapatkan akses dana langsung dari ISIS pusat di bawah komando Abu Bakar al-Baghdadi. Ini karena posisi Bahrumsyah adalah komandan Katibah Nusantara, kelompok pasukan ISIS yang berasal dari kawasan Asia Tenggara.

Nah, khusus dari Bahrun Naim, menurut sumber di Densus 88, selain dari Daulah Islamiyah (ISIS), dana tersebut terindikasi kuat merupakan hasil carding alias pembobolan kartu kredit. "Jadi Bahrun mendapatkan uang dari kelompok ISIS di Suriah, sementara uang yang dikirim kepada jaringannya di Indonesia merupakan hasil carding," ujarnya.

Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia, Ridlwan Habib, tidak meragukan dana yang dikirim Bahrun berasal dari pembobolan kartu kredit. Sebab, Bahrun pernah mempublikasikan nama-nama korbannya di situs Muharridh.com

Mereka sekarang sugih. Pertama dari minyak, kemudian lewat sistem IT, mereka bobol itu. Bahrun Naim termasuk expert (ahli). Dia dari dulu dimonitor sewaktu di Indonesia."

Menurut Ridlwan, korban alumnus Diploma III Ilmu Komputer Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta, itu berasal dari Australia, Inggris, dan Indonesia. Targetnya acak, bukan pemilik akun tertentu. Berapa pun uang yang ada disedot hingga nol. "Bahrun Naim termasuk expert (ahli)," katanya.

Salah satu teroris di Indonesia yang tertangkap, kata Ridlwan, mengaku menerima uang dari Bahrun melalui PayPall dan bitcoin. Bahrun pulalah yang mengajari orang tersebut cara mencairkan dan mentransfernya.

Perintah pencairan uang itu pun tidak dilakukan lewat cara biasa. Melalui Muharridh.com, Bahrun Naim mentransmisikan sebuah gambar. Ketika dilakukan decoding (penguraian kode), pada gambar itu muncul naskah teks perintah. "Itu perintah pencairan dana," kata Ridlwan

Aksi simpatik untuk korban bom Thamrin.
Foto: Agung Pambudhy/detikX

Situs milik Bahrun Naim itu muncul kembali pada 24 Desember 2015 setelah diblokir. Ia memuat daftar akun PayPall dan kartu kredit dengan saldo US$ 0. Agaknya hal itu dilakukan Bahrun Naim untuk menyindir polisi, yang menganggap situsnya cuma spam.

Selain itu, untuk berkomunikasi, Bahrun dkk selangkah lebih maju dibanding aparat. Sebut saja percakapan mereka lewat aplikasi Telegram Channel. Meski percakapan tersebut disadap, Internet protocol dan posisi telepon seluler tidak terlacak. "Bahrun ini ikon ‘jihad’ IT di Indonesia," ujarnya.

Wakil Kepala PPATK Agus Santoso
Foto: Agung Pambudhy/DetikX

Pengumpulan dana melalui kejahatan di dunia maya (cyber fai), menurut Ridlwan, sebetulnya sudah lama dilakukan para teroris. Ia mencontohkan tersangka kasus Bom Cirebon, Rizki, pernah meretas (hack) situs multilevel marketing (MLM) di Malaysia dan membobol dana hingga Rp 1,3 miliar.

Mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Ansyaad Mbai dalam bukunya, Dinamika Baru Jejaring Teror di Indonesia, mengungkapkan, pelatihan militer di Poso kelompok Abu Umar (almarhum) didanai Rp 7 miliar. Dana itu merupakan hasil meretas situs investasi online SpeedLine.

Wakil Kepala PPATK Agus Santoso menolak mengungkapkan transaksi-transaksi mencurigakan terkait dengan terorisme, khususnya ISIS. Namun, menurut dia, rekening yang dipakai untuk transaksi biasanya bukan milik mereka sendiri.

"Mereka membeli rekening orang lain. Jadi saldo tabungan Rp 100 ribu dibeli Rp 2 juta. Kan, pasti orangnya memberikan. Buku tabungan plus kartu ATM diserahkan, sehingga mereka (pelaku teroris) tidak perlu datang ke bank," katanya.

Agus menambahkan, selain untuk aksi teror dan pelatihan, dana-dana terorisme dipakai untuk memberangkatkan anggota ke medan “jihad” di Irak dan Suriah. "Juga untuk menyantuni janda-janda teroris. Atau suami-suami yang ditahan, istrinya disantuni," ujar Agus.


Reporter: Ibad Durohman, Bahtiar Rifai, Isfari Hikmat
Penulis: Deden Gunawan, Aryo Bhawono
Editor: Irwan Nugroho

Rubrik Investigasi mengupas isu panas terbaru yang mendapat perhatian besar publik secara mendalam. Isu ini mencakup politik, hukum, kriminal, dan lingkungan.