INVESTIGASI


Raksasa Bisnis Taksi Online


image 1
image for mobile / touch device

Kantor Uber di New York.
Foto: Spencer Platt/Getty Images



Pesatnya perkembangan teknologi informasi telah mengubah model berbagai macam bisnis, tidak terkecuali transportasi. Jasa angkutan umum dengan layanan pemesanan secara online pun marak sejak 2012.

Bisnis transportasi memakai aplikasi di smartphone tersebut bersifat lintas negara. Uber boleh dibilang pemimpin dalam bisnis ini. Pesaing-pesaing perusahaan yang berbasis di California, Amerika Serikat, itu antara lain Didi Kuaidi (Cina), Grab Taxi (Asia Tenggara), Ola (India), dan Lyft (Amerika Serikat).

Uber dkk dimiliki oleh sejumlah investor besar. Namun, menariknya, sebagian perusahaan-perusahaan itu memiliki investor yang sama. Seperti Tiger Global Capital Management yang juga menanam uang di Didi Kuaidi dan Grab Taxi. Didi pun berinvestasi di Grab.

Mengutip fortune.com, pada 3 Desember 2015, Uber dan pesaing-pesaingnya dari seluruh dunia itu meneken kerja sama strategis. Mereka akan bekerja sama dalam pengembangan teknologi aplikasi dan peningkatan pelayanan kepada penumpang.

Di Indonesia, Uber dan Grab beroperasi sejak 2014. Di samping Uber dan Grab, ada layanan jasa transportasi lain yang menggunakan sepeda motor, yaitu Go-Jek. Namun Uber dan Grab kini dilarang melebarkan bisnis, termasuk merekrut pengemudi mitra, sampai memenuhi persyaratan pemerintah pada Mei 2016.


UBER

Travis Kalanick saat menerima penghargaan Uber sebagai startup terbaik di San Francisco, 5 Februari 2014.

Foto: Steve Jennings/Getty Images

Suasana di kantor pusat Uber di San Fransisco (atas)

Foto: SFChronicle


Uber Technologies Inc bermarkas di San Francisco, California, Amerika Serikat. Didirikan oleh Travis Kalanick dan Garrett Camp, layanan Uber kini sudah ada di 400 kota di 68 negara di dunia. Di Indonesia, Uber, yang berkantor di Menara UOB, Jakarta, hadir dengan UberX dan Uber Black untuk layanan premium.

Uber memiliki banyak investor. Investor utama disebut-sebut Fidelity Investments. Pada Desember 2015, Uber mendapat investasi baru, yakni Tiger Global Capital Management dan T Rowe Price, senilai US$ 2,1 miliar. Investasi itu meningkatkan nilai perusahaan Uber menjadi US$ 64 miliar, lebih tinggi daripada kapitalisasi General Motors.

DIDI KUAIDI

Tampilan aplikasi Didi Kuaidi yang terpasang di smartphone milik seorang pengendara taksi di Beijing.

Foto: Jason Lee/Reuters

Didi Kuaidi adalah platform transportasi online lokal Cina yang menjangkau 400 kota di negara itu. Ada 14 perusahaan multinasional yang memiliki saham di Didi Kuaidi. Perusahaan itu antara lain Tiger Global Capital Management, China Investment Corporation, Temasek Holding, dan situs jual-beli Alibaba. Dalam situsnya, valuasi perusahaan ini disebut mencapai US$ 4,4 miliar.

GRAB TAXI

Grab memasang iklan di Gedung Veteran, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan.

Foto: Dikhy Sasra/detikcom

Grab saat ini sudah ada di 28 kota di enam negara kawasan Asia Tenggara. Sedangkan mitra pengemudi yang masuk dalam jaringan Grab sebanyak 200 ribu. Grab menyediakan GrabTaxi, GrabCar, GrabBike, GrabHitch, dan jasa kurir. Aplikasi yang ter-download diklaim mencapai 1 juta.

Grab, yang bermarkas di Singapura, pertama kali dimodali oleh Vertex Ventures Holdings (Temasek). Lalu investor datang susul-menyusul, seperti GGV Capital, Tiger Global Investment, Softbank, China Investment Corporation, Coatue Management LLC, dan Didi Kuaidi. Nilai perusahaan ini disebut-sebut mencapai US$ 1,3 miliar.

Salah satu grup usaha terbesar di Indonesia, Lippo Group, masuk menjadi investor di Grab. Perusahaan milik konglomerat James Riyadi itu menggandeng Grab untuk menunjang bisnis jual-beli online mataharimall.com. Namun perihal investasi ini terkesan ditutup-tutupi baik oleh Lippo maupun Grab.

GO-JEK

Maya, salah satu pengemudi Go-Jek di Depok, Jawa Barat

Foto: Rahman Haryanto/detikcom

PT Go-Jek Indonesia, yang berkantor di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, didirikan oleh Nadiem Makarim pada 2010. Aneka layanan disediakan Go-Jek, dari ojek, berbelanja, pengiriman, hingga pijat. Go-Jek mendapatkan suntikan modal dari perusahaan Singapura, Northstar Group, melalui NSI Ventures. Salah satu pendiri Northstar adalah Patrick Walujo, yang kini menjabat Kepala Badan Teknologi Start Up Kamar Dagang dan Industri.


Reporter: Isfari Hikmat, Fakhriyani Shafa
Editor/Penulis: Irwan Nugroho
Desainer: Fuad Hasim

Rubrik Investigasi mengupas isu panas terbaru yang mendapat perhatian besar publik secara mendalam. Isu ini mencakup politik, hukum, kriminal, dan lingkungan.