INVESTIGASI

Menyisir ‘Bak Sampah’ Terpanjang di Bandung

Aliran Sungai Cikapundung di Kota Bandung diduga menjadi biang sampah di Cijagra. Susur sungai yang dilakukan detikX menunjukkan sungai ini laksana bak sampah terpanjang di Bandung.

image 1
image for mobile / touch device

Foto: Aryo Bhawono/detikX

Selasa, 5 April 2016

Suara lalu lalang kendaraan bermotor terdengar samar dari bawah jalan layang Pasupati, Kota Bandung, Jawa Barat. Di bawah, suara jeram Sungai Cikapundung terdengar jelas. Sungai inilah yang membelah Kota Bandung dan menimbulkan bencana sampah di muaranya, Cijagra, Kabupaten Bandung.

Kamis, 24 Maret 2016, tak ada kabar hujan di hulu sungai. Air mengalir normal. detikX menyusuri sungai itu bersama Komunitas Cikapundung.

Komunitas ini terbentuk pada Desember 2008. Abah Ebeb, tetua komunitas, mengaku sudah lama anggotanya tak menyusuri Sungai Cikapundung ke arah hilir. Kabar menumpuknya sampah di bagian hilir membuatnya angkat dayung.

Komunitas pun menurunkan dua perahu dan satu tambahan pada siang itu. Masing-masing perahu diisi empat anggota komunitas. Begitu turun, perahu langsung disambut jeram. Arus air terasa deras dan menantang. "Kalau mau ke hilir, dari sini. Di depan sudah padat perkantoran dan permukiman,” ucap Ebeb.

Sekitar 1 kilometer perjalanan, kedua perahu harus menghadapi dua buah dam setinggi 3 meter. Kondisi air yang masih cukup bersih dan minimnya bebatuan membuat perjalanan tak menemui gangguan berarti.

Titik-titik Sampah di Sungai Cikapundung

Sumber: www.citarum.org

Memasuki kilometer berikutnya, pemandangan sungai mulai berubah. Pipa pembuangan rumah tangga menghiasi sisi sungai. Dapur permukiman dibangun menjorok di atas sungai. Sesekali sampah rumah tangga terlihat terbang melalui jendela dapur langsung ke sungai.

Sesekali sampah rumah tangga terlihat terbang melalui jendela dapur langsung ke sungai."

"Inilah penyumbang sampah ke sungai. Masih banyak lagi nanti di depan," ucap Hadi, anggota komunitas.

Permukiman mulai terasa padat ketika sungai hendak memotong Jalan Wastukencana. Kanan dan kiri sungai penuh dengan saluran pembuangan rumah tangga. Warga biasa menyebutnya dengan lodong. Namun Komunitas Cikapundung lebih suka menyebutnya dengan bazooka. Sebab, siapa pun yang kena kucuran air lodong pasti apes karena bau dan kotor.

Saluran pembuangan tambah tak beraturan ketika lepas dari jembatan Jalan Pajajaran. Kandang ayam dan bebek memenuhi sisi dangkalan sungai.

Di atas kandang, banyak dapur yang menjorok ke sungai melebihi bantaran. Beberapa sampah tersangkut di bebatuan dan tiang jembatan. Kondisi ini merupakan pemandangan rutin di sepanjang Sungai Cikapundung menuju hilir.

Kondisi Sungai Cikapundung
Video: Aryo Bhawono/detikX

Memasuki kawasan kantor dan toko di sepanjang Jalan Stasiun Timur hingga Gedung Merdeka, endapan sampah memenuhi dasar sungai. Beberapa kali lambung perahu menggesek endapan tersebut bercampur kerikil. Aliran sungai pun terasa kurang deras.

Gorong-gorong kantor Wali Kota Bandung langsung terhubung dengan sungai ini. Saluran ini membuang semua limbah ke Sungai Cikapundung.

Ketika perahu hendak melintasi Jalan Sasak Gantung, sebatang pohon jambu teronggok di bawah jembatan. Pohon setinggi sekitar 5 meter itu roboh dan terbawa arus beberapa hari lalu hingga teronggok di dangkalan bawah jembatan. Petugas tak kunjung memindahkan batang pohon itu, sehingga sampah semakin menumpuk di beberapa bagian.

Kondisi paling parah terlihat ketika sungai melintas di sekitar Pasar Ancol. Penampungan sampah pasar itu menempel pada sisi sungai. Sampah berserak hingga ke dinding bantaran dan mengotori sisi sungai.

Sampah kian meninggi ketika melintasi daerah Pasir Liyu. Dam setinggi 5 meter menghalangi perahu untuk melintas. Kondisi di bawah dam pun berbahaya, sampah kayu dan bambu rentan merobek perahu karet yang ditumpangi. Terpaksa perahu diturunkan dengan tali.

Berdasarkan pengamatan, bantaran Sungai Cikapundung di Pasir Liyu juga dipenuhi permukiman pemulung. Beberapa pondok menjorok ke sungai. Para pemulung sengaja membangun pondok itu untuk menyaring sampah plastik.

Memasuki Kabupaten Bandung, kondisi permukiman masih sama parahnya. Bangunan rumah yang membelakangi sungai juga sangat banyak. Jalan inspeksi pun tak tersedia di pinggir bantaran di sekitar permukiman. Sampah-sampah baru mengalir beriringan dengan bangkai hewan yang ikut hanyut.

Foto: Aryo Bhawono/detikX

Foto: Aryo Bhawono/detikX

Foto: Aryo Bhawono/detikX

Foto: Aryo Bhawono/detikX

Foto: Aryo Bhawono/detikX

Kondisi sungai pun telanjur kotor ketika melintasi area persawahan. Beberapa orang terlihat masih mencuci bahan makanan, seperti daging ayam, di sungai ini.

Tempuran Sungai Cikapundung dengan Cikapundung Kolot juga membuat kondisi kian memprihatinkan. Air Sungai Cikapundung Kolot berwarna gelap karena membawa limbah kota bercampur limbah pabrik. Sungai ini tak bisa diarungi karena debit air yang kecil saat cuaca normal.

Namun sungai ini juga menjadi penyumbang sampah yang besar. Pantauan yang dilakukan terpisah menunjukkan kawasan Pasar Kordon di Kota Bandung Selatan, yang tercemar, dilintasi oleh Sungai Cikapundung Kolot. Lintasan sungai di pasar ini disebut dengan Curug Ece.

Sungai Cikapundung Kolot berbentuk melengkung ketika memasuki pasar. Soleh, penjaga pintu air Curug Ece, mengaku hujan di kawasan hulu membawa sampah hingga ke tempat kerjanya. Bahkan mayat korban banjir pernah menyangkut di bendungan ataupun pasar. "Kalau temuan mayat bisa setahun sekali pasti ada," ujarnya.

Alat penghadang sampah yang diletakkan di aliran setelah pasar pun tak mampu menampung kotoran. Kondisi air di sungai ini sudah sangat buruk. Karena itu, ketika aliran sungai ini bertemu dengan Sungai Cikapundung, warna airnya hitam.

Penyusuran Sungai Cikapundung berhenti di Jalan Terusan Dayeuhkolot-Bojongsoang, Kabupaten Bandung. Jembatan di atas sungai terlalu rendah, sehingga tak bisa dilewati. Sampah pun terus mengalir, apalagi ketika di akhir perjalanan tim mendapat kabar bahwa hujan turun deras di kawasan hulu. Sampah kian banyak mengalir di sungai.

Nasib sungai di Bandung boleh dikatakan dalam kondisi miris. Sungai ini deras dan indah, tapi dijadikan tempat sampah oleh warganya.


Reporter: Aryo Bhawono, Ibad Durohman
Redaktur: Aryo Bhawono
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Fuad Hasim

Rubrik Investigasi mengupas isu panas terbaru yang mendapat perhatian besar publik secara mendalam. Isu ini mencakup politik, hukum, kriminal, dan lingkungan.