INVESTIGASI

Bernapas dalam
Debu Semen

Debu PT Semen Indonesia di Tuban, Jawa Timur, mengganggu pernapasan, juga pertanian warga di sekitarnya. PT Semen Indonesia menganggap debu itu masih dalam batas kewajaran.

Foto: dok. warga Desa Karanglo

Jumat, 29 April 2016

Seluruh genting rumah di Desa Karanglo dalam sekejap memutih laksana salju. Hijaunya dedaunan pun lenyap tertutup debu yang demikian tebal. Bertahun-tahun, setiap kali musim kemarau tiba, seperti itulah suasana desa di Kecamatan Kerek tersebut. Warga pun dibuat sangat repot.

"Kalau musim kemarau, di sini gentingnya menjadi putih. Warga tidak bisa menjemur baju di luar rumah," kata Sunandar, Kepala Desa Karanglo, kepada detikX saat ditemui di kantornya.

Desa Karanglo berjarak hanya ratusan meter dari pabrik PT Semen Indonesia, yang sudah 22 tahun beroperasi. Saking dekatnya jarak permukiman dengan pabrik semen, warga berusaha membiasakan diri dengan debu-debu yang bertebaran. “Ndak diroso lagi (enggak dirasakan lagi), wong sudah biasa. Setiap hari kepanasannya, ya, sama debu,” kata warga setempat, Darmin, 55 tahun, kepada detikX.

“Uang debu” itu hanya diberikan kepada warga yang rumahnya berdekatan dengan pabrik."

Debu-debu itu tidak cuma mengganggu aktivitas warga. Penghasilan warga pun ikut terkena dampak karena banyak tanaman mereka yang gagal panen akibat paparan debu yang berlebihan itu.

Desa seluas 296.099 hektare ini berpenduduk 5.498 jiwa, dan mayoritas bekerja sebagai petani. Rata-rata mereka menanam palawija dan buah mangga. Menurut Sunandar, saat musim kemarau panjang tahun lalu, puluhan hektare pohon mangga milik warga gagal panen. Pasalnya, pucuk bunga tidak bisa merekah sempurna akibat terpapar debu.

Namun kerugian warga yang gagal panen itu mendapat kompensasi dari PT Semen Indonesia. Besarannya tergantung luas lahan warga. "Alhamdulillah dapat. Sesuai dengan luas lahan dan jumlah tanaman yang terdampak. Tapi hanya perkebunan yang letaknya berdempetan dengan lokasi pabrik," tutur Sunandar.

Perkebunan mangga yang terpapar debu PT Semen Indonesia di Tuban
Foto: dok. Pemerintah Desa Karanglo

Foto: dok. Pemerintah Desa Karanglo

Foto: dok. Pemerintah Desa Karanglo

Selain mengganti kerugian akibat gagal panen tanaman, pihak PT Semen Indonesia memberikan dana corporate social responsibility (CSR). Tiap desa mulai 2015 diberi anggaran. Dana tersebut berupa program. Per desa dianggarkan Rp 250 juta. "Sebelumnya berupa dana tunai kepada masyarakat," kata Sunandar.

Namun, menurut pengakuan Hasmuri, 40 tahun, tokoh masyarakat Dusun Karangrejo, Desa Karanglo, dana langsung tunai PT Semen Indonesia itu tidak menyebar merata. “Uang debu” itu hanya diberikan kepada warga yang rumahnya berdekatan dengan pabrik. Dan, kata Hasmuri, selama pabrik berdiri, “uang debu” sebesar Rp 17 ribu selama 3 bulan hanya diberikan dua kali.

Yang mengatur pendistribusian uang itu, ujarnya, adalah pamong Desa Karanglo. "Saya enggak dapat. Warga yang lain pun banyak yang enggak terima," keluh Hasmuri.

Sebelum ada pengawasan dari desa, tambang dekat Karanglo itu dulu pakai dinamit. Suatu kali hasil ledakan menimpa rumah warga."

Sumiarto, tokoh masyarakat Karanglo

Masalah tidak hanya berhenti di situ. Karanglo, yang berbatasan langsung dengan tambang kapur (karst), bahan baku pembuatan semen, merasakan efek lain. Penggunaan dinamit untuk penambangan kapur beberapa kali menimbulkan masalah.

Selain bunyi dan kerasnya getaran yang dirasakan warga Karanglo, bongkahan batu kapur pernah menimpa permukiman warga. Untungnya, kejadian tersebut tidak menimbulkan korban jiwa.

"Sebelum ada pengawasan dari desa, tambang dekat Karanglo itu dulu pakai dinamit. Suatu kali hasil ledakan menimpa rumah warga. Akhirnya warga protes," kata Sumiarto, tokoh masyarakat Karanglo.

Video: Bahtiar Rifai/detikX

Sunandar mengakui memang pernah melayangkan protes terkait penggunaan dinamit. Peledakan, yang biasanya dimulai pukul 13.00-14.30 WIB, kadang terlalu keras. Kaca dan rumah warga sampai bergetar hebat.

Pihak desa pernah membentuk sebuah tim pengawas khusus yang memantau penggunaan dinamit oleh penambang kapur. Sayangnya, ketika tim pengawas ini mulai lengah, pihak Semen Indonesia kembali meledakkan bahan tambang dengan dinamit.

"Terkait dengan ledakan yang setiap hari dilakukan oleh penambang, jika pihak desa tidak melakukan pengawasan dan protes, ledakan pasti saja keras. Kalau diingatkan, kadang pelan lagi," ujar Sunandar bercerita.

Selain warga Desa Karanglo, Desa Sumberarum, yang lokasinya bersebelahan dengan Karanglo, juga menjadi sasaran paparan debu Semen Indonesia. Desa Sumberarum, yang berjarak sekitar 1 kilometer dari pabrik, ikut terkena dampak debu yang berasal dari cerobong pabrik PT Semen Indonesia.

Toto, 45 tahun, warga Dusun Kasiman, Desa Sumberarum, saat ditemui detikX mengatakan biasanya cerobong PT Semen Indonesia mulai mengeluarkan debu pada sore hari, sekitar pukul 16.00 WIB, sampai tengah malam. Debu yang keluar dari cerobong itu, jika terhirup dalam jangka waktu tertentu, bisa mengakibatkan sesak napas.


Debu-debu itu pun menjangkau lahan pertanian warga Desa Suberarum. "Kalau debunya tebal, daun jagung sama kacang hijau pada mengkerut," ujar Toto.

Soal debu yang berasal dari cerobong PT Semen Indonesia, seorang karyawan di perusahaan itu mengungkapkan ada komponen dalam cerobong asap yang bermasalah sejak 2003. Alat yang rusak itu berupa peredam dan penyaring debu hasil pembakaran batu kapur dan karst. Karyawan di lingkungan pabrik semen biasa menyebut nama alat itu back filter.

Jika alat itu berfungsi dengan baik, debu dan asap yang dihasilkan dari pembakaran akan ditahan sedemikian rupa sehingga tidak keluar. "Kalau orang semen (karyawan PT Semen Indonesia) bilang itu back filter-nya sudah enggak berfungsi sejak 2003," ujar si sumber saat ditemui detikX, Minggu, 17 April 2016.

Kerusakan back filter itu membuat debu dan asap pembuangan menyatu serta menyebar ke desa-desa di sekitar lingkungan pabrik semen. Para pekerja di lingkungan pabrik, kata sumber tersebut, banyak yang mengeluh sesak napas, terutama karyawan yang bertugas di bagian luar.

Lokasi tambang karst PT Semen Indonesia di Tuban
Foto: Bahtiar Rifai/detikX

“Karyawan yang di luar, seperti cleaning service, bagian peledakan, operator, petugas satpam, yang outdoor-lah, rata-rata (sakit) paru-paru,” bisik sumber itu.

Bahkan sumber itu menyebut, ada 100-200 karyawan bagian luar yang terkena infeksi saluran pernapasan.

Namun, semua tudingan itu dibantah Agung Wiharto, Corporate Secretary PT Semen Indonesia. Menurut Agung, selama 333 hari beroperasi dalam setahun, tanpa satu hari pun kebocoran pabrik ya enggak mungkin. "The best itu, 99 persen sudah bagus. Yang 1 persen masih dalam batas kewajaran. Sebab, PT SI (Semen Indonesia) selalu mengikuti standar pemerintah," jelas Agung.

Selama ini PT Semen Indonesia, disebut Agung, menggunakan alat pengukur tekanan yang tidak bisa diubah oleh siapa pun. Bahkan hacker yang andal pun tidak bisa mengubahnya.

Alat itu dimonitor setiap detik selama 24 jam untuk memantau emisi debu yang dikeluarkan. Saat detikX menyodorkan foto berupa cerobong di pabrik PT Semen Indonesia yang mengepul, Agung menduga foto tersebut bisa saja direkayasa.

Dikatakan Agung, pabrik PT Semen Indonesia di Tuban, Jawa Timur, memiliki empat cerobong asap. Semua cerobong itu selalu diperiksa badan independen dan terakreditasi. “Begitu kita melewati ambang batas, ditutup pabrik kita, Mas. Tidak ada kompromi itu," Agung menegaskan.

Lokasi tambang karst PT Semen Indonesia di Tuban
Foto: Bahtiar Rifai/detikX

Soal lokasi pabrik yang berdekatan dengan rumah warga sehingga menimbulkan masalah debu, Agung kemudian mengungkap fakta, dulu jarak pabrik dengan perkampungan penduduk 10 kilometer. "Mereka (penduduk) yang semakin mendekat. Karena jalanan sudah mulus, penduduk langsung membangun rumah di sekitar pabrik," ujar Agung.

Meski begitu, PT Semen Indonesia tetap memperhatikan masyarakat yang berada di lingkungan pabrik melalui CSR. Bahkan lahan perusahaan yang belum digunakan banyak yang diberikan secara cuma-cuma kepada warga untuk ditanami. Namun pemberian lahan itu disertai surat perjanjian yang menyebutkan bahwa tanah itu milik PT Semen Indonesia. Tujuannya supaya anak-cucu warga yang diberi lahan mengerti bahwa lahan itu bukan milik leluhurnya.


Reporter: Deden Gunawan, Bahtiar Rifai
Redaktur: Deden Gunawan
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Luthfy Syahban
Videografer: Budi Setiawan

Rubrik Investigasi mengupas isu panas terbaru yang mendapat perhatian besar publik secara mendalam. Isu ini mencakup politik, hukum, kriminal, dan lingkungan.