INVESTIGASI

Menelisik Pabrik
dan Hotel
Freddy Budiman

Gembong narkoba Freddy Budiman pernah membeli sejumlah mobil. Benarkah ia memiliki hotel mewah di Pulau Dewata?

Aset milik Rahma, kakak Freddy Budiman, di Jalan Kayu Besar Dalam, Cengkareng, Jakarta Barat

Foto: Ibad Durohman/detikX

Senin, 29 September 2016

Dua bangunan berlantai dua yang berdiri di atas lahan seluas 3.000 meter persegi itu kini tidak ada aktivitasnya lagi. Gerbang setinggi 3 meter terkunci dari dalam.

Kaca-kaca dan lantai pabrik garmen bernama “Ilham Rejeki” di Jalan Kayu Besar Dalam, Gang Portal, Nomor 22, RT 10 RW 11, Cengkareng, Jakarta Barat, itu berdebu. Dindingnya nyaris tertutup rumput liar.

Bekas pabrik itu disebut-sebut sebagai salah satu aset milik gembong narkoba Freddy Budiman. Freddy menjadi terpidana mati yang dieksekusi dalam eksekusi gelombang III pada Jumat, 29 Juli 2016.

Hah? Freddy Budiman? Enggak tahu saya. Saya hanya ngontrak, tanya saja sama pemilik rumahnya (Asnawi)."

Tidak aneh bila pabrik garmen itu diduga milik Freddy, karena pabrik tersebut terekam dalam berbagai kasus yang melibatkannya. Freddy pernah memindahkan mesin cetak pil ekstasi pada Maret 2015 dari Cikarang, Jawa Barat, ke pabrik tersebut.

Johni Suhendra alias Latief pada tahun yang sama juga pernah disuruh Freddy menyimpan 20 ribu pil ekstasi di pabrik itu. Latief, yang juga divonis mati dalam kasus narkoba, tak lain adalah adik kandung Freddy.

Namun, sepengetahuan warga setempat, pemilik pabrik itu adalah perempuan bernama Rahma, yang belakangan kemudian diketahui sebagai kakak kandung Freddy. Berdiri pada 2011, pabrik itu tak lagi beroperasi karena bangkrut dua tahun lalu.

Terakhir polisi datang dan melakukan penggeledahan pada sekitar Mei 2015. “Terakhir kali gerbang dibuka ketika polisi melakukan penggeledahan,” ujar Haji Rais, Ketua RT 10 RW 11, Cengkareng, kepada detikX.

Menurut Rais, saat pabrik masih beroperasi, karyawannya mencapai 700 orang. Produk garmen yang dihasilkan kabarnya diekspor sampai ke Hong Kong dan Cina.

Freddy Budiman
Foto: Arbi Anugrah/detikcom

Rahma hanya sesekali menengok pabrik tersebut. Ia dikenal dermawan karena sering membagikan bahan kebutuhan pokok kepada warga miskin dan anak yatim. Ia juga kerap memberangkatkan umrah warga, termasuk Rais, yang pergi ke Tanah Suci pada 2013.

Soal hubungan Rahma dengan Freddy Budiman baru diketahui Rais saat polisi datang. Karena itu pula Rais tidak mengetahui secara pasti apakah garmen tersebut merupakan aset milik Freddy yang dikelola Rahma. Rais pun belum pernah melihat Freddy datang ke pabrik tersebut.

Selain disebut memiliki aset berupa pabrik di Cengkareng, Freddy dalam berkas pemeriksaan di Badan Narkotika Nasional (BNN) memiliki rumah di Jalan Bahagia, Nomor 14, Blok D RT 05 RW 07, Kelurahan Menceng, Cengkareng, Jakarta Barat.

Namun, saat detikX menyambangi alamat itu, ternyata rumah tersebut milik Asnawi. Freddy di rumah itu hanya mengontrak. Dan saat ini rumah tersebut dikontrak Febriana, 38 tahun, sejak dua tahun lalu.

“Hah? Freddy Budiman? Enggak tahu saya. Saya hanya ngontrak, tanya saja sama pemilik rumahnya (Asnawi),” jawab Febriana dengan nada kaget saat ditanyai detikX tentang sosok Freddy.

Rumah yang diduga milik Freddy Budiman di Jalan Bahagia Nomor 14 Blok D RT 05 RW 07 Kelurahan Menceng, Cengkareng Jakarta Barat
Foto: Ibad Durohman/detikX

Sedangkan Asnawi, saat ditemui secara terpisah, mengatakan rumah itu merupakan miliknya sejak lama. Ia mengakui memang pernah mengontrakkan rumah kepada Freddy sekalipun ia sendiri belum pernah melihat wajah Freddy.

Yang tak kalah mengejutkan adalah pengakuan Raswan, ketua RT setempat. Menurut dia, sampai saat ini tidak ada warganya yang bernama Freddy. “Saya dari tahun 1990 jadi ketua RT di sini. Yang namanya Freddy Budiman tidak pernah menjadi warga saya,” tegas Raswan.

Raswan pun mengaku heran kenapa banyak yang mencari alamat rumah di Blok D Nomor 14 dan menanyakan tentang Freddy. “Kenapa ya pada ke sini, padahal Freddy ke sini saja enggak pernah,” tanya Raswan.

Penelusuran detikX tidak hanya sampai di daerah itu. Berikutnya rumah yang beralamat di Jalan Tongkang, Nomor 24, RT 12 RW 04, Kelurahan Kramat, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat. Rumah ini juga tercatat di berkas acara pemeriksaan Freddy di BNN.

Setelah dicek, rumah itu ternyata milik Syafei, yang kebetulan menjabat ketua RT di wilayah itu. Wajah Syafei pun tak bisa menyimpan keterkejutan ketika ditanyai soal Freddy.

Ia pun langsung mempersilakan detikX duduk di sebuah warung di samping rumahnya sambil menyuguhkan air minum. “Silakan diminum dulu, nanti saya akan cerita,” ujar Syafei.


Freddy Budiman menjalani sidang peninjauan kembali di Pengadilan Negeri Cilacap, Mei lalu.
Foto : Arbi Anugrah/detikcom

Menurut dia, Freddy datang ke Kramat, Senen, sekitar tahun 1990-an. Ia datang untuk minta dibuatkan kartu tanda penduduk.

Karena saat itu pembuatan KTP mudah, permintaan Freddy pun dituruti. Apalagi waktu itu nama Freddy belum terkenal seperti saat ini.

“Waktu itu dia (Freddy) masih sangat muda dan baru datang dari Surabaya. Dia butuh KTP untuk mencari kerja di Jakarta katanya,” ucap Syafei.

Karena Freddy tidak punya rumah di daerah itu, alamat yang digunakan untuk membuat KTP adalah alamat rumah Syafei. Syafei mengaku mengenal Freddy karena pria itu sering nongkrong di daerah itu.

Setelah pembuatan KTP selesai, kepada Syafei, Freddy mengaku akan pergi kerja ke Bali. Saat itulah Syafei terakhir kali bertemu dengan Freddy hingga nama Freddy ngetop dengan predikat gembong narkoba.

“Jujur saja, sejak nama Freddy ramai, saya jadi takut dikaitkan dengannya. Tapi sampai saat ini belum pernah ada yang tanya ke saya tentang Freddy, baru Mas (detikX) saja,” tutur Syafei.

Selain di Jakarta, jejak aset Freddy sempat ditelusuri di Bali, tepatnya di Aston Kuta Hotel and Residence, Jalan Wana Segara, Nomor 2-5, Kuta, Bali. Lokasi hotel tersebut dekat dengan Bandara Ngurah Rai.

Hotel tersebut masuk dalam daftar aset Freddy yang sempat dirilis oleh Badan Reserse Kriminal Mabes Polri pada April 2015. Selain itu, artis Anggita Sari, kekasih Freddy, sempat berlibur ke hotel tersebut.

Adik Freddy Budiman, yakni Johni Suhendra, menjalani sidang vonis di Pengadilan Negeri Jakarta Barat, Januari lalu.
Foto : Rengga Sancaya/detikcom

"Aku dikasih hadiah liburan di hotel Freddy yang di Bali. Soalnya, aku pusing dikejar wartawan," terang Anggita, Rabu, 18 September 2013.

Namun, saat hotel itu disambangi beberapa hari lalu, seorang petugas keamanan hotel bernama Suwetra mencegah masuk. Dan ia menegaskan tidak ada nama Freddy di hotel tersebut.

Karena jejak Freddy tertutup di hotel itu, detikX pun coba meminta konfirmasi kepada Anggita. Namun kali ini Anggita memilih bungkam.

Lewat pesan singkat kepada detikX, ia hanya bilang, “Gue mau dibayar 1 M juga enggak mau urus FB (Freddy Budiman). Daripada gue mati,” jawab Anggita, yang saat itu mengaku sedang syuting di wilayah Bogor, Jawa Barat.

Anggita Sari
Foto: Ismail/detikhot

Irjen Arman Depari, Deputi Pemberantasan BNN, yang juga mantan Direktorat IV Narkoba Mabes Polri, mengaku tidak tahu-menahu soal aset Freddy. Alasannya, BNN hanya menangani masalah narkoba Freddy, bukan tindak pidana pencucian uang.

“Lagi pula aset Freddy Budiman apa sih? Wong dia itu perampok,” kata Arman saat ditemui detikX.

Arman pun kembali menegaskan, latar belakang Freddy yang bekas copet di Surabaya tidak memungkinkan punya aset.

“Waktu dia diperiksa-periksa itu pun dari sel dia (Freddy) dikasih uang Rp 2.000-3.000 untuk beli rokok atau Supermie. Jadi, kalau Anda tanya itu, ya itu, saya jujur menyampaikan,” ungkap Arman.

Arman pun menyarankan, kalau mau tahu aset Freddy, bisa ditanyakan ke Surabaya alias keluarganya. Namun, saat dicek ke rumah orang tua Freddy di Surabaya, info aset Freddy pun nihil adanya.

"Saya enggak tahu. Aset Freddy di Surabaya ya rumah ini. Ini pun rumah bapaknya," ujar ibu Freddy, Nursiyah, saat dikunjungi detikX, Selasa, 23 Agustus lalu.

Deputi Pemberantasan BNN Irjen Arman Depari
Foto: Ari Saputra/detikcom

Sementara itu, saat ditanya aset rumah Freddy di Jakarta dan Bali, Nursiyah menjawab bahwa rumah dan residence itu sudah dijual oleh Rahma alias Lolo. "Sudah dijual sama Lolo (kakak Freddy). Lolo sekarang ada di Jayapura, Papua," lanjut Nursiyah.

Orang tua Freddy, sebelum menempati rumah yang sekarang, di Jalan Krembangan Baru VII/6A, mengontrak rumah di Jalan Krembangan Jaya Utara I. Dari situ mereka kemudian membeli rumah sendiri di Jalan Krembangan Jaya Utara X.

Yang sedikit lebih terang, Freddy pernah membeli beberapa mobil. Hal itu sempat diceritakan oleh Teja Harsoyo, salah satu anggota jaringan Freddy yang juga divonis mati dalam kasus penyelundupan 1,4 juta butir ekstasi pada 2012 dari Cina.

Teja adalah seorang pegawai sales mobil. Ia berkenalan dengan Freddy pada 2010 di Pasar Mobil Kemayoran. Setelah perkenalan itu, Freddy membeli lima mobil, yakni Toyota Avanza, Toyota Harrier, Honda All New CR-V, Honda CR-V, dan Nissan Serena.

Dalam berita acara pemeriksaannya sebagai tersangka di BNN, Teja juga menyebutkan Freddy sempat akan membeli mobil Mazda CX-7. Freddy sudah menyerahkan uang Rp 353 juta dengan dua kali penyerahan dan masih kurang.

Namun, sejak terbongkarnya kasus ekstasi 1,4 juta butir itu, rencana pembelian mobil tersebut tertunda. “Sehingga kena penalti Rp 50 juta,” kata Teja. DetikX bertandang ke Pasar Mobil Kemayoran untuk melacak jejak pembelian mobil itu, tapi nama Teja sudah asing di tempat tersebut.


Reporter: Ibad Durohman, Bahtiar Rifai, Isfari Hikmat, Imam Wahyudianta (Surabaya)
Redaktur: Deden Gunawan
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Luthfy Syahban

Rubrik Investigasi mengupas isu panas terbaru yang mendapat perhatian besar publik secara mendalam. Isu ini mencakup politik, hukum, kriminal, dan lingkungan.