METROPOP

Foto dengan Ponsel Bisa Sebagus Itu

Fotografi itu bukan masalah alat, tetapi manusia yang pegang alatnya. Banyak foto dengan kamera ponsel bisa jadi juara.

Hasil foto dengan ponsel karya Dhek Budd
Selasa, 22 Maret 2016

Di depan Toko Merah, Kota Tua, Jakarta, seorang lelaki mengulurkan setangkai bunga matahari kepada seorang gadis. Si gadis berkerudung biru malu-malu.

Lalu, setelah si gadis menerima bunga matahari itu, mereka bergenggaman tangan dan bersama-sama melompat. Puluhan anak muda di depan mereka langsung jeprat-jepret dengan ponsel masing-masing.

Saya sendiri waktu itu cuma punya handphone VGA. Ya sudah, karena biaya terbatas, saya gunakan yang ada saja."

Setelah memotret, mereka pun saling lihat hasil fotonya. Ada foto yang memperlihatkan si gadis dan lelaki itu sedang melayang terbang.

Begitulah salah satu kegiatan Komunitas Fotografi Ponsel (KoFiPon). Komunitas ini sering melakukan hunting foto bersama-sama. Conanda Yuanto, Ketua KoFiPon untuk Jabotabek, selalu ikut acara itu.

Conan sudah lama tertarik pada fotografi. Ia sangat suka melihat hasil jepretan teman-temannya yang bagus-bagus. Ia ingin suatu ketika juga bisa menghasilkan foto yang bagus.

Teman-teman Conan kebanyakan memakai kamera DSLR untuk memotret. Conan sudah ngeri duluan membayangkan harus memiliki kamera DSLR untuk bisa memenuhi hasrat fotografinya. Tidak ada uang untuk membelinya.

Kegiatan KoFiPon di Kota Tua, Jakarta
Foto: Rachman Haryanto/detikX

Conan tidak sendirian. Ada Zen Syarif Abidin dan Nia Chairunisa. Nasib mereka sama: suka fotografi tapi hanya punya ponsel untuk memotret. Kamera di ponsel yang dimiliki itu pun bukan kamera canggih seperti sekarang. Tapi seperti pepatah, tak ada rotan akar pun jadi, Conan dan kawan-kawan pun tidak patah semangat. Mereka tetap jalan pada hobi fotografi, tidak ada kamera DSLR, kamera ponsel pun jadi.

“Saya sendiri waktu itu cuma punya handphone VGA. Ya sudah, karena biaya terbatas, saya gunakan yang ada saja,” kata Conan kepada detikX.

Mula-mula memotret dengan ponsel, Conan tentu saja jiper. Bagaimana tidak? Fotografer umumnya menggunakan kamera besar-besar dan canggih. Ia cuma memakai ponsel nan mungil saja. Tapi ternyata hasil jeprat jepret dengan ponsel tidak mengecewakan. Ia pun meneruskan hobinya itu.

Kegiatan KoFiPon di Kota Tua, Jakarta
Foto: Rachman Haryanto/detikX

Conan makin bersemangat, terlebih kemudian ia bertemu dengan Beni Sjamsuddin. Beni mendirikan KoFiPon, komunitas yang mengajari anggotanya teknik dasar fotografi.

Berdiri pada 17 Maret 2009, kini KoFiPon sudah memiliki 12 cabang atau disebut chapter di 12 kota besar di Indonesia. Anggotanya kurang-lebih 22 ribu orang, dari anak-anak masih SMP, SMA, kuliahan, sampai profesional. Ada satu perempuan dari Taiwan yang juga ikut menjadi anggota KoFiPon.

Conan pun bergabung dalam KoFiPon pada 2011. Kini ia menjadi Ketua Chapter Jabodetabek. Sedangkan Zen menyusul bergabung pada 2012 dan Nisa pada 2013.

KoFiPon berlatih memotret mini-figure
Foto: Rachman Haryanto/detikX

KoFiPon berlatih memotret mini-figure
Foto: Rachman Haryanto/detikX

“Untuk bergabung, pokoknya punya handphone yang ada kameranya,” kata Zen.

Para Kofiponer—sebutan anggota KoFiPon—diyakinkan bahwa fotografi bukan masalah alat, tapi manusia yang memotretnya. Bila yang memotret mau belajar bagaimana cara membidik obyek dengan baik, apa pun alatnya, hasilnya berpeluang besar akan bagus.

KoFiPon pun membuktikan bahwa keyakinan mereka benar. Buktinya, meski cuma pakai handphone, sejumlah anggota KoFiPon beberapa kali menang lomba fotografi mengalahkan foto hasil kamera DSLR. Salah satunya foto yang dibuat Nia.

Enam Kofiponer menang dalam lomba foto bertema budaya yang diselenggarakan untuk memperingati ulang tahun Jakarta pada 2014.

Hasil jepretan menggunakan ponsel
Foto: Laily Azhari

“Mereka tidak menyangka ternyata foto pakai handphone bisa sebagus itu ya. Hadiahnya bisa jalan-jalan ke Pulau Sepa,” tutur Nia.

Nia termasuk Kofiponer yang sering menang dalam lomba foto. Penghobi jalan-jalan ini sekarang mengkhususkan diri memotret mini-figure setelah mendapat masukan dari KoFiPon.

Pada prinsipnya, belajar fotografi, baik dengan kamera profesional maupun dengan ponsel, itu hampir sama. Cuma beda di setting-nya. Menurut Conan, tantangan memotret memakai ponsel adalah mencari kualitas foto yang bagus.

Kamera DSLR sudah dilengkapi lensa, sehingga soal kualitas foto tidak menjadi tantangan lagi. Untuk ponsel, dibutuhkan lensa tambahan, misalnya untuk makro. Dulu, sebelum ada lensa yang dijual, Conan mengakalinya dengan memakai tustel bekas. Tustel itu dibongkar, terus diambil lensanya. Kemudian lensa itu ditempelkan pada ponsel.

Hasil jepretan menggunakan ponsel
Foto: Muhammad Sidiq

Conan sekarang sudah punya kamera DSLR. Tapi tetap saja ia sering pakai ponsel karena lebih mudah dibawa, lebih simpel, dan mudah digunakan.

“Jadi, kalau ada momen dadakan yang mau kita abadikan, jelas menggunakan handphone lebih gampang,” ujar Conan, yang sekarang sering jadi fotografer pernikahan dan modeling.


Reporter: Melisa Mailoa
Penulis/Editor: Iin Yumiyanti
Desainer: Luthfy Syahban

Rubrik Metropop mengupas kehidupan sosial, seni, dan budaya masyarakat perkotaan.