METROPOP

Pengorbanan Ayah yang Menyembuhkan

Sebelum bunuh diri, Yerry menulis pesan agar orang tuanya tidak saling menyalahkan bila ia mati.

Foto: Ronny Pattinasarany Foundation

Kamis, 30 Juni 2016 

Ketika segalanya seperti sudah runtuh, hidup selalu punya jalannya sendiri. Mereka yang mengira hidupnya telah hancur karena narkoba ternyata masih bisa pulih.

Hancur dan bangkit kembali antara lain dilalui Yerry Pattinasarany, putra pelatih sepak bola Ronny Pattinasarany. Yerry mengakui ayahnya adalah pahlawan baginya. Pengorbanan sang ayahlah yang membantunya sembuh.

Tidak ada yang salah dengan keluarga Yerry. Bapak-ibunya, Ronny dan Stella Maria, merupakan pasangan yang taat beragama dan pencinta olahraga. Yerry pun menjadi atlet meski memilih jalan yang berbeda dari sang ayah. Ia menjadi petenis dan prestasinya lumayan, masuk peringkat empat besar petenis nasional tingkat U-16.

Namun semua itu berantakan ketika Yerry mau saja makan pil gratisan yang diberikan oleh tukang jajanan di sekolahnya. Saat itu tahun 1994, Yerry masih kelas I sekolah menengah atas. Suatu hari ada tukang jajan di sekolah yang memberi Yerry pil Nipam. Yerry tidak tahu Nipam merupakan jenis narkoba. Ia pun mencobanya karena pil itu diberikan secara gratis.

Benny (kiri) dan Yerry Pattinasarany
Foto: Ronny Pattinasarany Foundation

Dari Nipam, Yerry kemudian mengenal ekstasi, sabu-sabu, dan putau hingga ia pun kecanduan. Sehari ia bisa pakai putau sampai tiga kali hingga tubuhnya pun sudah tidak kuat lagi. Ia mengalami sakau dan tidak bisa lagi menutupi kecanduan narkoba itu di hadapan orang tua.

Sewaktu Yerry sakau, karena saking sakitnya, ia minta Ronny memukulinya. Tapi Ronny dengan sedih memeluk badan Yerry semalam suntuk."

Akhirnya ia mengaku jujur kepada ayahnya bahwa ia menggunakan putau. Namun awalnya sang ayah tidak begitu ngeh putau adalah narkoba, jadi masih membiarkannya. Namun, begitu tahu putau adalah narkoba, Ronny pun sangat kaget.

“Awalnya saya pikir Papa bakal marah dan saya bakal dipukulin. Ternyata sama sekali enggak terjadi,” cerita Yerry kepada detikX.

Ronny sangat terpukul karena Benny, kakak Yerry, juga kecanduan narkoba. Bahkan Benny begitu nekat menjual barang-barang yang ada di rumah demi mendapatkan uang untuk membeli putau. Cincin kawin, medali, dan piala Ronny bahkan dijual Benny demi mendapat uang.

Setelah tahu anaknya kecanduan narkoba, Ronny membawa mereka ke tempat rehabilitasi. Ronny sangat serius ingin anak-anaknya terlepas dari kecanduan narkoba. Ia sampai keluar dari tempat kerjanya sebagai pelatih sepak bola demi menyembuhkan Yerry dan Benny.

Ronny merasa bersalah karena kurang perhatian terhadap anak-anaknya. Ia ingin menebusnya dan ingin 100 persen berfokus pada anaknya.

Catatan di tempat di tempat rehabilitasi narkoba
Foto: Hasan Alhabshy/detikcom

Kegiatan harian pasien di tempat rehabilitasi narkoba
Foto: Hasan Alhabshy/detikcom


Ronny begitu menyayangi anak-anaknya meskipun mereka sudah kecanduan. Sewaktu Yerry sakau, karena saking sakitnya, ia minta Ronny memukulinya. Tapi Ronny dengan sedih memeluk badan Yerry semalam suntuk.

Ronny tahu Yerry bertekad untuk sembuh, tapi begitu sulitnya jalan yang harus ditempuh. Maka Ronny mengambil segala risiko, termasuk ditangkap polisi.

“Begitu ada uang, Papa beliin saya putau. Bahkan Papa sampai ke tempat bandar buat beliin putau secara langsung. Istilahnya, mau ditangkap polisi ya bareng-barenglah.”

Pengorbanan Ronny tidak cuma sampai di situ. Sewaktu sekolah, Yerry pernah dituduh mencuri uang temannya. Ronny pun dipanggil ke sekolah. Saat jam istirahat, ketika Yerry dan Ronny masuk sekolah, teman-teman Yerry meneriaki mereka sebagai maling. “Maling! Maling!”

Ronny langsung memeluk Yerry dan berbisik, “Yer, jangan pusing kamu. Yerry bukan maling, Yerry anak Papa. Jangan ladeni!” Yerry tidak menyangka papanya rela diteriaki “maling”. “Saya tahu itu enggak gampang buat dia untuk menghadapinya.”

Kampanye dan sosialisasi bahaya narkoba oleh Ronny Pattinasarany Foundation
Foto: Ronny Pattinasarany Foundation

Bukan hanya ayahnya, ibu Yerry juga melakukan banyak hal untuk membantunya lepas dari ketergantungan narkoba. Pernah Stella sampai menangis di hadapan Yerry. “Terus Mama bilang, ‘Apa Mama perlu make juga, Yer, supaya kamu berhenti?’”

Yerry pun tahu betapa orang tuanya bersedih karena dia kecanduan narkoba. Ia keluar-masuk tempat rehabilitasi, tapi selalu kembali menjadi pemakai. Ia pun jadi frustrasi karena tak sanggup melepaskan diri dari jerat narkoba. Ia lantas mencoba bunuh diri dengan menenggak cairan obat nyamuk.

Sebelum bunuh diri, Yerry menulis pesan agar orang tuanya tidak saling menyalahkan bila ia mati. Anehnya, Yerry tidak mati. Keesokan harinya ia masih bisa bangun. Ia pun sadar Tuhan punya rencana terhadap hidupnya.

Akhirnya perlahan-lahan, dengan dukungan keluarga, Yerry bisa terlepas dari narkoba. “Makanya jangan pandang sebelah mata peran keluarga. Buktinya, saya perlahan bisa bebas dari narkoba karena keluarga mendukung saya.”

Pada 2008, Yerry mendirikan Ronny Pattinasarany Foundation atau RPF. Lembaga ini merupakan bentuk penghargaan kepada sang ayah yang fokusnya mendukung penyembuhan korban dari narkoba dan HIV.

RPF antara lain mendukung komunitas yang menampung para mantan pecandu narkoba. Ada komunitas musik, biker, dance, dan sebagainya.

Yerry sadar, meski sembuh dari narkoba, stigma buruk mempersulit para mantan pecandu untuk mencari kerja. Dengan adanya komunitas itu, setidaknya mereka akan mendapat bekal untuk kembali ke dunia usaha.


Reporter/Penulis: Melisa Mailoa
Editor: Iin Yumiyanti
Desainer: Fuad Hasim

Rubrik Metropop mengupas kehidupan sosial, seni, dan budaya masyarakat perkotaan.