METROPOP

Bila Buku
Semenarik Gadget

Anak-anak membaca buku karena ingin terhibur.
Bukan ingin diceramahi.

Ilustrasi: Luthfy Syahban

Senin, 25 Juli 2016

Apakah anak-anak sebaiknya bermain tradisional saja dan dijauhkan dari gadget (gawai)?

Inilah masalah yang masih menjadi kontroversi bagi dunia anak hingga sekarang. Banyak diskusi bertema menyelamatkan anak dari kecanduan gawai digelar.

Dari diskusi itu, banyak yang sepakat agar anak-anak digiring lagi pada permainan tradisional, seperti congkak. Namun penulis buku anak Dadan Ramadhan tidak setuju dengan solusi tersebut.

“Saya bilang, itu zaman kalian (para orang tua), zaman anak-anak sekarang ya seperti ini, ada gadget. Apakah kita harus memaksa mereka main congkak?” kata Dadan kepada detikX.

Perkembangan teknologi, bagaimanapun, tidak bisa ditahan. Tentu saja ini bikin cemas semua orang. Mereka yang berkecimpung di dunia buku khawatir melihat anak-anak semakin kecanduan gawai dan kemudian tidak suka membaca buku.

Dadan Ramadhan
Foto: Ari Saputra/detikcom

“Bagaimana agar anak-anak tetap tertarik membaca buku di zaman digital ini? Apakah anak-anak harus dijauhkan dari gadget agar suka membaca? Inilah pekerjaan rumah bagi para penulis buku anak,” kata Dadan.

Daripada menahan laju teknologi, Dadan menyarankan agar memanfaatkannya dengan baik. Yang perlu dipikirkan adalah mencari formula bagaimana, meski bermain gawai, anak-anak tetap bisa sehat dan suka baca.

“Bagaimana membuat buku anak bisa semenarik atau bahkan lebih menarik ketimbang gadget,” ujar Dadan, yang bekerja di penerbit Mizan.

Bila anak sudah suka buku, dengan sendirinya anak akan ketagihan membaca."

Ary Nilandari

Dalam hidup, pengalaman pertama itu penting. Untuk setiap orang, pertama kali bersentuhan dengan dunia literasi pasti lewat buku anak. Kalau saat anak-anak tidak suka buku anak, ketika besar tidak mungkin orang itu jadi pembaca buku.

“Dari masih anak kecil, dia harus merasa bahwa buku bagian dari hidup. Sama seperti waktu kita makan, mandi, dan lain-lain,” kata penulis buku anak Arleen Amidjaja.

Membuat anak menyukai buku tentu tidak gampang, butuh perjuangan. Yang harus diketahui, anak suka membaca karena bertemu dengan buku-buku yang klik dengan mereka, atau istilahnya buku yang “gue banget”.

Ary Nilandari (kiri)
Foto: dok. pribadi

Yang mula-mula harus dilakukan adalah membuat anak terpapar aneka bacaan. Dengan terpapar aneka bacaan, anak akan tahu buku apa yang dibutuhkan ataupun yang cocok untuk dirinya.

Karena itu, perlu disediakan buku yang bervariasi bagi anak. Setiap anak punya kesukaan sendiri-sendiri. Ada anak yang suka fantasi, fiksi-realistis, puisi, atau biografi.

“Bila anak sudah suka buku, dengan sendirinya anak akan ketagihan membaca,” kata penulis buku anak Ary Nilandari.

Menurut Ary, dalam banyak kasus, anak tidak suka membaca karena dijejali buku-buku yang keliru, buku yang tidak bisa membuat anak terhubung dengan dunianya. Bila tidak ada perasaan terhubung, membaca menjadi membosankan, bahkan bisa menimbulkan traumatis.

Arleen Amidjaja membacakan dongeng dalam Frankfurt Book Fair 2015 bersama Nele Quinke, seorang penerjemah.
Foto: dok. pribadi Arleen via Facebook

Maka para penulis buku anak sependapat, yang terpenting dalam buku anak adalah menghibur, bukan menyampaikan pesan-pesan moral.

“Karena anak-anak membaca dengan tujuan awal ingin dihibur, bukan untuk diceramahi dan digurui,” kata Ary, penulis buku serial Keo&Noaki.

Arleen, yang sudah menulis ratusan buku anak, sependapat dengan Ary. Menurut dia, pesan moral semestinya diselipkan pada bacaan anak tanpa menggurui. “Buku anak yang ada nasihat secara langsung jadi tidak seru.”

Dari sisi penampilan, buku anak pun harus tampil atraktif. “Kita bikin buku yang menarik, kita bikin buku pop-up, 3D,” kata Dadan.

Selain membuat buku yang menarik, untuk membuat anak suka membaca, yang penting dilakukan adalah mengajar orang tua, terutama ibu, agar suka membaca. Bila ibu suka membaca, kebiasaan ini akan menular pada anak-anaknya. Dadan, Ary, dan Arleen buktinya. Mereka suka membaca dari kecil karena orang tuanya juga suka membaca.

"Pustakawan dan perpustakaan, akademisi, pemerintah, dan masyarakat perlu hadir juga dalam sinergi meningkatkan minat baca anak-anak," kata Ary.


Reporter: Melisa Mailoa
Penulis/Editor: Iin Yumiyanti
Desainer: Luthfy Syahban

Rubrik Metropop mengupas kehidupan sosial, seni, dan budaya masyarakat perkotaan.