SAINS

Konspirasi untuk Menguasai Cuaca

“Teknologinya sudah ada di luar sana, menunggu kita untuk menjemputnya, sehingga pada tahun 2025, cuaca akan jadi milik kita.”

Contrail bekas pesawat tampak dari Cape Canaveral, Florida, pada April 2010.

Foto: Bill Ingalls/NASA via Getty Images

Jumat, 26 Agustus 2016

Suka atau tak suka, keluarga Kardashian memang sumber “berita”. Segala tingkah polah Kim Kardashian, adik-adiknya, juga dua saudara tirinya, Kylie Jenner dan Kendall Jenner, bahkan suami atau mantan suami mereka, pantas atau tak pantas, selalu jadi tulisan di media.

Setahun lalu, Kylie Jenner menulis di Twitter, “Let’s ask ourselves….Why did I see 75 planes spraying white stuff into the sky on my 15 minute drive to work? Who pays for this and why is it happening? Is something being exterminated here? Is that something me? Does this have anything to do with why Honey Bee’s are Dying off really fast.

Sebagian tweet yang dia tulis terang berlebihan, tapi Kylie, 19 tahun, punya lebih dari 17 juta follower di Twitter. Apalagi tulisan itu di-retweet oleh kakaknya, Kim Kardashian, yang punya follower jauh lebih banyak lagi–tepatnya 47,5 juta follower. Apakah mereka menelan begitu saja tulisan Kylie, kita tak pernah tahu.

Kami mungkin tak akan bisa mengubah pendapat para die-hard teori konspirasi chemtrail.”

Apa yang dilihat Kylie kemungkinan besar adalah contrail atau condensation trail, yang ditinggalkan pesawat. Contrail terbentuk ketika uap air yang disemburkan oleh mesin jet pesawat bertemu dengan suhu udara sangat dingin di ketinggian. Dengan sangat cepat, uap air itu mengembun dan membeku menjadi kristal-kristal es.

Yang jelas, di luar sana, ada orang-orang yang sangat percaya bahwa kabut putih yang mengekor pesawat terbang itu bukanlah proses fisika-kimia biasa, melainkan bahan kimia atau biologi yang sengaja disemprotkan oleh pilot-pilot pesawat. Pilot-pilot ini, menurut orang-orang yang percaya pada teori konspirasi chemtrail atau chemical trail, tentu tak melakukannya lantaran iseng-iseng belaka. Mereka bagian dari proyek rahasia pemerintah.

Pesawat-pesawat meninggalkan jejak kabut putih di Glastonbury, Inggris, pada Oktober 2009.
Foto: Matt Cardy/Getty Images

Setahun sebelum Kyle menulis soal chemtrail, di YouTube beredar video bertajuk ”Busted: Pilot Forgets to Turn Off CHEMTRAILS Before Landing”. Video itu ditonton ribuan orang dan menyebar ke mana-mana sebelum sang pemilik akun melorotnya dari YouTube. Di Internet, bertebaran para penulis yang menyokong “teori” chemtrail ini.

Dalam bukunya, Above Top Secret, Jim Marss juga mengupas soal teori chemtrail. Menurut mantan wartawan harian Forth Worth Star-Telegram ini, pemerintah tak pernah mau mengakui soal keberadaan proyek tersebut. “Tak ada satu pun pejabat yang punya otoritas mau mengakui keberadaan proyek ini, juga apa tujuannya,” Jim menulis, dikutip Seeker. “Tapi tak seperti proyek misterius lain, kali ini banyak orang yang mau mendongak ke langit akan bisa melihatnya.”

Jim Marss menyodorkan “bukti” yang menyokong keyakinannya. Pada 2007, menurut Jim, reporter stasiun televisi di Lousiana menguji kandungan yang ada pada kabut putih atau chemtrail yang ditinggalkan satu pesawat. “Hasilnya, ada 6,8 part per million (ppm) barium,” kata Jim. Kadar barium di udara ini, dia mengklaim, tiga kali lebih tinggi dari standar yang diperkenankan oleh Badan Perlindungan Lingkungan Hidup Amerika Serikat (EPA).

Klaim Jim Marss itu dibantah oleh David E. Thomas dari Committee for Skeptical Inquiry. Menurut David, reporter televisi dan Jim salah membaca angka hasil uji laboratorium. Kenyataannya, David menulis di Sketical Inquirer, kadar barium pada kabut asap itu masih jauh di bawah ambang batas dari EPA.

* * *

Tweet Kylie Jenner soal chemtrail
Foto: The Verge

Bak rumput yang susah sekali dibasmi, walaupun dibantah berkali-kali, teori konspirasi tak mati-mati.

Tiga tahun lalu, harian di Yunani, Ethnos, bersama lembaga survei Metron Analysis, menggelar survei soal chemtrail. Hasilnya mengejutkan. Sepertiga dari responden survei percaya bahwa memang ada proyek rahasia pemerintah dengan cara menaburkan bahan kimia atau materi biologi di atmosfer bumi.

Bintang film asal Australia, Peter Kusznir, termasuk salah satu orang yang aktif mengkampanyekan soal dugaan “proyek rahasia” chemtrail ini. Peter yakin, ada kerja sama antara pemerintah dan maskapai penerbangan swasta dalam proyek chemtrail. “Sobat, aku membuka mataku dan aku bisa melihatnya di atas sana. Mataku tak berbohong,” kata Peter kepada The Australian. Penjelasan dari Mike Glynn, kapten di salah satu maskapai, soal proses terbentuknya contrail tak masuk di telinganya. “Orang-orang tak mau bicara sebenarnya karena takut bakal kena masalah.”


Dua pesawat sipil komersial menyemburkan asap tebal saat melintas di langit Kota London pada Maret 2012.
Foto: Dan Kitwood/Getty Images

Kabar soal “proyek rahasia” chemtrail ini sebenarnya sudah berumur 20 tahun. Pada 1996, Kepala Staf Angkatan Udara Amerika menugasi sejumlah perwira menengah, di antaranya Kolonel Tamzy J. House dan Letnan Kolonel James J. Near, untuk mengkaji pemanfaatan teknologi modifikasi cuaca untuk kepentingan militer.

Hasil kajian mereka tertuang dalam dokumen bertajuk "Weather as a Force Multiplier: Owning the Weather in 2025". Menurut dokumen itu, ada banyak peluang memanfaatkan cuaca untuk kepentingan militer. Beberapa yang disebut antara lain memperkuat hujan badai atau menciptakan kabut untuk mempengaruhi kondisi atau kekuatan musuh.

Selama ini, mengutip Jenderal Dwight Eisenhower, cuaca selalu jadi musuh besar dalam setiap operasi. Musuh itu kini bisa dijinakkan. Kolonel Tamzy dan timnya berpendapat, teknologi modifikasi cuaca akan makin matang dan sempurna, sehingga siapa pun pihak yang punya sumber daya dan teknologi, suatu saat nanti akan bisa “menguasai” atau “mengendalikan” cuaca. “Teknologinya sudah ada di luar sana, menunggu kita untuk menjemputnya, sehingga pada tahun 2025, cuaca akan jadi milik kita,” Kolonel Tamzy menulis.

Pesawat-pesawat tim akrobatik Red Arrows dari Inggris menyemburkan asap tebal lewat ekornya pada November 2009.
Foto: Christopher Furlong/Getty Images

Dokumen itulah yang jadi sumber gosip bahwa militer Amerika tengah melakukan uji coba teknologi modifikasi cuaca. Kabut putih di ekor pesawat yang sering tampak terang benderang di siang hari jadi buktinya. Angkatan Udara Amerika sudah menerbitkan bantahan panjang-lebar soal “proyek rahasia” chemtrail itu. Menurut Angkatan Udara, mereka tak sedang mengerjakan uji coba modifikasi cuaca dan tak punya rencana untuk mengembangkan teknologinya.

Pekan lalu, 77 peneliti gabungan dari Carnegie Institution for Science, Universitas California, Irvine, dan lembaga Near Zero menerbitkan artikel di jurnal Environmental Research Letters. Sekali lagi mereka membantah dugaan soal proyek rahasia chemtrail. “Bagi mereka yang masih belum bisa menerima, kami memberikan bukti ilmiah untuk membantah dugaan adanya proyek menyemprot atmosfer bumi dengan bahan kimia,” kata Steven Davis dari Universitas California, Irvine.

Menurut Steven dan teman-temannya, fenomena kabut asap di ekor pesawat itu bisa dijelaskan dengan teori-teori fisika maupun kimia yang relatif sederhana. Sampai detik ini, kata dia, tak ada bukti ilmiah yang meyakinkan bahwa kabut asap itu merupakan produk dari semprotan bahan kimia.

“Sangat mungkin terjadi, kabut asap itu bertahan lebih lama lantaran faktor perubahan iklim,” kata Steven, dikutip Science Daily. “Kami mungkin tak akan bisa mengubah pendapat para die-hard teori konspirasi chemtrail, tapi kami berharap teman-teman mereka akan berubah pikiran.”


Penulis/Editor: Sapto Pradityo
Desainer: Luthfy Syahban


Rubrik Sains mengulik penemuan-penemuan baru serta seluk-beluk sains dan teknologi.

SHARE