INVESTIGASI

Ferrari Melayang
demi OK OCE

“Saya memang ada sisi jihad ekonomi. Kalau nggak dibantu,
ini (program OK OCE) nggak ketemulah.”

Ilustrasi : Edi Wahyono

Rabu, 12 September 2018

Mobil mewah Mercedes-Benz dan supercar Ferrari Spider 360 keluaran 2002 terpaksa dilego oleh Faransyah Agung Jaya untuk membuat Perkumpulan Gerakan (PGO) One Kecamatan One Centre for Entrepreneurship (OK OCE). Semua dia lakukan demi ‘jihad’ menghidupkan OK OCE yang kembang-kempis.

“Saya jual Mercy dan jual Ferrari. Saya memang ada sisi jihad ekonomi. Kalau nggak dibantu, ini (program OK OCE) nggak ketemulah,” ujar Faransyah saat berbincang dengan detikX di kantor PGO, lantai 12 gedung Mal Pelayanan Publik DKI Jakarta, Jalan Episentrum Selatan, Kuningan, Jakarta Selatan, pekan lalu.

Rupanya bukan hanya dua mobil yang melayang untuk membangun PGO. Beberapa usahanya pun terpaksa tutup karena Faransyah lebih berfokus mengurus OK OCE. Program OK OCE memang salah satu andalan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno saat Pilkada DKI Jakarta 2017. Faransyah adalah salah satu anggota tim sukses pasangan tersebut yang duduk di tim pakar.

Faransyah mengaku terjun di OK OCE karena punya latar belakang entrepreneurship. Jadi, meski pasangan Anies-Sandi tidak menang pun, program itu akan tetap dijalankan.

Gerai Ok Oce di Pacoran
Foto : Gresnia Arela F/detikX


Jadi bentuk kerja sama dengan Pasar Jaya itu dalam hal stok barang dan pendampingan, mulai cara menangani pelanggan, menentukan harga produk, dan cara men-display.”

Gerai OK OCE yang dibina Faransyah berbeda dengan yang dikelola Lilies Noorlismanie, Direktur Utama OK OCE Mart. Gerai yang dikelola Faransyah atau PGO bernama Gerai OK OCE dan bekerja sama dengan PD Pasar Jaya. Sedangkan OK OCE Mart yang dikelola Lilies mengambil barang secara mandiri, termasuk dari UMKM.

Dalam kepengurusan PGO, ada nama Sandiaga, yang didapuk sebagai penasihat nasional, dan kakak Sandiaga, Indra Jaya Uno, sebagai penasihat. Masyarakat dapat bergabung dalam komunitas wirausahawan ini dengan mendaftar melalui website.

detikX sempat mendatangi Gerai OK OCE yang beralamat di Jalan Pancoran Timur III No 1C kelurahan Pengadegan, Pancoran, Jakarta Selatan. Lokasi gerai tersebut bersebelahan dengan sekolah TK Al-Kautsar. Di gerai seluas 4 x 6 meter persegi itu, sejumlah barang tertata rapi layaknya di Indomaret atau Alfamart. Jam operasional gerai adalah pukul 07.00-22.00 WIB.

Raihan, salah seorang karyawan yang baru bekerja satu bulan di gerai itu, menjelaskan jumlah pekerja yang ada di situ tiga orang, termasuk dirinya. Tugas mereka selain menjaga kasir, adalah berbelanja barang di PD Pasar Jaya Tebet serta mengantar belanjaan kepada pelanggan. Sebab, Gerai OK OCE ini punya program free delivery ke seluruh kecamatan.

Ketua Umum PGO, Faransyah Agung Jaya
Foto : Gresnia Arela F/detikX

Biaya operasional yang dikeluarkan hanya untuk gaji pegawai dan listrik. Sewa lahan dibayarkan dengan sistem bagi hasil lantaran lahan tersebut milik Masyhar sendiri.

Dijelaskan Masyhar, untuk pengadaan barang, Gerai OK OCE mendapat suplai dari PD Pasar Jaya karena dalam pembinaan PD Pasar Jaya. “Jadi bentuk kerja sama dengan Pasar Jaya itu dalam hal stok barang dan pendampingan, mulai cara menangani pelanggan, menentukan harga produk, dan cara men-display,” ujar Masyhar.

Saat ini, menurut Pemerintah Provinsi DKI, setidaknya 608 UMK yang tergabung dalam OK OCE telah mengantongi izin usaha mikro dan kecil (IUMK) "Sebanyak 608 UMK yang tergabung dalam OK OCE sudah kami terbitkan IUMK. Jumlahnya terus bertambah setiap hari," kata Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Edy Junaedi melalui keterangan tertulis, Senin, 10 September 2018.

Edy menjelaskan, untuk mengantongi izin usaha, peserta OK OCE harus memenuhi beberapa persyaratan, misalnya memiliki bangunan untuk usaha paling luas 30 meter persegi atau 20 persen dari luas kaveling.

Lokasi UMK juga harus menetap yang melakukan kegiatan usaha produksi dan/atau perdagangan barang/jasa harus sesuai dengan zona atau subzona berdasarkan peraturan perundang-undangan. Syarat lainnya, tidak boleh menggunakan zona hijau.

Barang yang ada di Gerai Pancoran Ok Oce
Foto : Gresnia Arela F/detikX

Sekalipun jumlah peserta OK OCE sudah mencapai ratusan, kemajuan konsep tersebut masih diragukan eksistensinya di tengah persaingan usaha sejenis yang sudah ada, seperti Indomaret atau Alfamart. Alasannya, kata Muhammad Ikhsan Ingratubun, Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia, dua perusahaan ritel terbesar di Indonesia tersebut menguasai sektor hulu dan hilir.

“Nah, itu niatnya kan menjadi kompetitor Alfa dan Indomaret dengan semangat, maaf kata, ‘Ini lo punya pribumi’. Masalahnya, Alfamart dan Indomaret kan industri hulunya itu kira-kira hampir 50 persen produk yang dipasarkan di Indonesia. Jadi usaha minimarket yang mereka jalani hanya untuk memasarkan saja (hilir),” tutur Ikhsan.

OK OCE, ujar Ikhsan, juga menjual barang-barang seperti yang dijual di kedua minimarket tersebut. Bedanya, OK OCE ada embel-embel usaha kalangan muslim. Menurut Ikhsan, ada baiknya, sebelum mengembangkan usaha hilir berupa gerai di sejumlah tempat, harus dipikirkan usaha hulunya dahulu, sehingga anggota yang tergabung dalam koperasi tidak teriming-imingi mimpi.

“Apalagi kan uangnya patungan, kasihan. Untung pasar ritel itu kan tidak lebih dari 10-15 persen. Nah, sekarang kalau dia mau kerja sama, dia mau mengharapkan keuntungan berapa? Jadi OK OCE ini rentan gulung tikar,” tutur Ikhsan.

Faransyah (kemeja warna krem), Gatra dari PD Pasar Jaya (baju batik) dan Ali, pemilik lahan/Gerai Ok Oce Pancoran (baju koko putih), serta anggota OK OCE
Foto : dok. Faransyah

OK OCE rentan gagal karena konsep tersebut melanggar banyak teori ekonomi yang berorientasi pada keuntungan atau business oriented. Ikhsan menyarankan, jika mau hidup, OK OCE sebaiknya jadi follower saja dengan mengikuti jaringan yang kuat dengan turun ke pasar-pasar tradisional atau kaki lima. Sebab, pasar tradisional belum kuat fondasi struktur industri hulunya, sehingga konsep tersebut ada peluang hidup.


Reporter: Gresnia Arela F, Ibad Durohman, Syailendra Hafiz Wiratama
Radaktur: Deden Gunawan
Editor: Irwan Nugroho
Desainer: Luthfy Syahban

[Widget:Baca Juga]
SHARE